Thoughts

Ciri Akun Twitter dengan Followers Palsu

Followers palsu adalah followers yang didapatkan bukan karena para pengguna Twitter memang sengaja follow, tetapi karena rekayasa. Pasti banyak dari teman-teman pernah heran, kenapa pemilik akun X yang tak pernah terdengar nama akunnya, bukan dari kalangan seleb, atau organisasi terkenal bisa memiliki followers belasan hingga puluhan ribu?

Sejauh yang saya tau, ada 2 cara yang dapat dipakai dalam merekayasa jumlah followers. Yang pertama menambah followers dengan akun robot alias BOT. Akun BOT ini tak memiliki tuan, karena dibuat sebanyak-banyaknya secara bersamaan oleh seseorang dalam satu waktu. Jika ribuan hingga jutaan akun BOT itu sudah jadi, selanjutnya akun-akun BOT itu dibuat mem-follow suatu akun. Jadilah suatu akun itu terkesan difollow banyak pengguna Twitter. Proses ini mudah sekali, hanya perlu ketelatenan dan kesabaran. Kekurangan merekayasa dengan cara ini adalah setiap pertengahan tahun, pihak Twitter bersih-bersih akun. BOT yang ketahuan oleh Twitter akan dihapus. Sehingga akun yang selama ini di-follow BOT akan keliatan tiba-tiba followers-nya berkurang drastis.

Cara kedua yaitu memaksa akun-akun yang bertuan untuk memfollow suatu akun yang tak dikenal. Pernah kan kita merasa tak pernah memfollow orang tapi tiba-tiba orang ini ada di timeline kita? Saya pernah tiba-tiba memfollow seorang cowok dari Meksiko. Karena saya bingung dia siapa, maka saya unfollow dia. Nah inilah kekurangan merekayasa jumlah followers dengan cara ini, karena jika ada yang sadar memfollow seseorang yang tidak mereka kenal, maka akan di-unfollow. Namun saya tak tau persis bagaimana proses rekayasa dengan cara ini.

Postingan ini bukan untuk mengajari cara merekayasa jumlah followers, tetapi share cara mudah mengidentifikasi akun yang merekayasa jumlah followers-nya. Karena saya hanya tau cara merekayasa jumlah followers dengan BOT, maka saya hanya bisa share cara mengidentifikasi followers BOT. Berikut salah ssatu akun yang saya yakini 16,000-an followers-nya BOT. Tak perlu saya sebutkan siapa, namun saya hanya mengambil beberapa contoh followers-nya:

Ada lagi sebuah akun anonim yang lumayan sedang naik daun tetapi 13,000-an followers-nya BOT. Ini contoh followers-nya:

Bagaimana mengetahui followers di atas adalah palsu alias BOT?

  1. Followers selalu orang asing.
  2. Jika dibuka timeline followers-nya, semuanya memiliki jumlah tweets 0.
  3. Jika dibuka profile followers-nya (seperti pada Uber Social), akan ada info tanggal pembuatan akun tersebut, dan semua akun di atas dibuat pada tanggal yang sama. Seperti ini:
  4. Followers model ini selalu berturut-turut dan tak ada followers asli di antara mereka. Jadi followers BOT selalu tak terpisahkan satu sama lain.
  5. Biasanya setiap pertengahan tahun, akun ber-followers BOT banyak di-unfollow followersnya.
  6. Perlu diingat, kadang akun ber-followers BOT tidak ketahuan karena sudah tertutupi dengan followers baru yang asli. Jika memang penasaran apakah seseorang ini followers-nya banyak yang BOT atau tidak, maka telaten saja membuka semua followersnya. Kadang ada yang di-scroll ke bawah langsung ketauan, kadang ada yang harus berkali-kali scroll ke bawah baru ketauan.

PS: Jika ada yang memiliki info lebih, please share!

Urgent: Selamatkan Binatang dan Komunitasnya

Saya menulis ini setelah mendapat kabar: komunitas X tidak jadi diundang dalam sebuah pertemuan para komunitas penyelamat binatang dengan salah satu calon DKI 1. Alasannya karena ada yang tidak setuju komunitas X diundang. Ini bukan hal baru yang pernah saya dengar dan hadapi dalam menyelamatkan binatang.

Memang belum genap setahun saya mengikuti perjalanan para penyelamat binatang di Indonesia ini, tapi saya sudah sering mendapat cerita atau bahkan mengalami sendiri bagaimana menyelamatkan binatang itu semakin sulit dengan adanya ketegangan antar komunitasnya. Bukan hal baru saya mendengar masalah ini.

Komunitas A tidak suka dengan komunitas B karena alasan prinsip. Komunitas Y tidak suka dengan komunitas Z karena masalah sumbangan. X mempermasalahkan siapa yang paling dahulu menangani sebuah kasus penyelamatan binatang dan mendapat nama. Z heran kenapa si X mau menolong si Y dalam kasus penyelamatan binatang, padahal mungkin yang akan mendapat nama di media si Y. Komunitas Q meminta komunitas A mengubah namanya karena selalu dikira sama oleh media. 2 komunitas penyelamat binatang yang selalu curhat kepada saya mengeluhkan satu sama lain. Bahkan 2 penyelamat binatang yang selalu saya idolakan, Z dan X,  memutuskan hubungan persahabatan merekadan terpecah menjadi 2 komunitas.

Apakah kita perlu selalu diingatkan bahwa tujuan utama kita berkumpul hanya satu dan sama yaitu untuk menyelamatkan binatang? Dari semua manusia di dunia ini, paling tidak para penyelamat binatang (dari komunitas dan dengan prinsip apapun mereka) tetap sahabat kita karena kita memiliki tujuan yang sama. Rasanya saya ingin mendatangi para penyelamat binatang dan meminta, "please, selamatkan binatang dan diri kita sendiri. Para binatang tidak membutuhkan kita yang terpecah belah memikirkan prinsip dan nama, tapi membutuhkan kita bersatu untuk menyelamatkan mereka sekarang dan ke depannya."

Sejujurnya, saya sangat berduka.

Fitnah Anti JIL Kepada Saya

Setelah mengikuti diskusi Anti JIL di Fisipol UGM 8 Juni 2012 itu, saya langsung mendapat berbagai fitnah dari para Anti JIL. Justru fitnah itu pertama kali muncul dari si pembicara pertama, dia memfitnah livetwit saya hanya menceritakan dirinya membahas soal tweet orang JIL saja. Mereka heboh maki-maki saya yang katanya tidak adil. Padahal isi livetwit saya tidak hanya itu.

Kemudian ada seorang wanita, yang sejak kasus di LKiS Mei lalu terus mentions saya di Twitter, juga turut memfitnah saya. Dia memfitnah: "Dian Paramita penghina Nabi Muhammad SAW" karena saya menyebarkan surat Muhammad kepada biarawan ini. Wanita itu juga memfitnah saya membela JIL karena saya ingin mendapat beasiswa dari JIL. Fitnah ini muncul karena dalam diskusi siang 8 Juni 2012 di Fisipol UGM itu saya membela JIL dan malamnya saya ngobrol dengan Budiman Sudjatmiko di Twitter tentang beasiswa di Inggris. Wanita itu menilik timeline saya dan setelah membaca obrolan saya tentang beasiswa itu, dia langsung mengasumsikan saya membela JIL karena ingin mendapat beasiswa dari JIL!

Mungkin wanita ini mengira semua tindakan manusia itu selalu bersifat transaksional. Dia mengira semua orang tidak pernah tulus jika membela sesuatu. Dia kira jika seseorang membela sesuatu itu untuk kepentingan dan keuntungan pribadinya. Dia kira saya membela Irshad Mandji karena saya lesbi, saya membela Lady Gaga karena saya fans beratnya, saya membela JIL karena saya butuh beasiswanya. Dia kira semua yang saya lakukan selalu untuk kepentingan saya pribadi. Dia perlu tau, tak semua manusia berpikiran selicik dan sepicik itu. Dia perlu tau, banyak sekali manusia yang membela orang lain dengan tulus, tanpa mengharapkan imbalan apapun. Dia perlu tau dan menghentikan fitnah-fitnahnya.

Bahkan dulu setelah kasus penyerangan MMI di diskusi Irshad Manji LKiS Mei lalu, livetweet dan keesaksian saya yang mengatakan pager dijebol, makanan diinjak-injak, kaca perpus dipecahi, teman saya dipukuli mereka sebut ngibul. Mereka memfitnah saya ngibul karena kesaksian teman mereka dari anggota MMI berbeda dengan kesaksian saya. Sehari kemudian Sultan Hamengkubuono X ikut mengomentari kejadian ini dan akhirnya mereka diam tak lagi menyebut saya ngibul. (:

Baru-baru ini fitnah lain dari para Anti JIL juga muncul, antara lain mereka katakan Tuhan saya adalah $ alias uang. Mentions yang mengganggu saya terus datang hingga hari ini. Selain memfitnah, mereka juga memaki atau mengejek. Jika saya katakan mereka telah memfitnah dan memaki, mereka sebut saya lebay dan meminta bukti. Hahaha. Tentu saja bukti ada. Semua fitnah dan cacian mereka sudah saya capture dan simpan. Hanya saja, untuk apa meladeni mereka? Jika ada yang ingin melihat buktinya, saya perlihatkan secara langsung. Saya tidak mau publish buktinya dan membuat mereka terkenal lewat akun Twitter dan blog saya ini.

Ada yang menasehati saya untuk bersabar, didiamkan saja. Memang saya sudah mendiamkan mereka. Tapi mereka masih tetap saja mentions saya. Setiap hari. Semua tweet saya dikomentari. Bahkan tweet teman-teman yang me-mentions saya ikut dikomentari. Twit fitnah-fitnah mereka banyak di-retweet (RT) dan ditambahi komentar kasar. Semua memenuhi timeline saya. Membalas tweet mereka itu sama seperti berkelahi dengan monster yang jika lehernya dipotong justru akan tumbuh 3 leher baru. Membalas tweet mereka akan berujung pada pengroyokan mentions. Ada yang ikut mendebat, ikut memaki, atau ikut RT dan CC. Ada beberapa akun mereka yang setiap hari mengganggu saya. Tidak ada satupun tweet dia yang saya balas. Tapi tetap menganggu saya. Justru pernah ada yang setiap hari memaki dan mengganggu saya. Tak satupun ada yang saya balas. Malah tiba-tiba dia bilang sudah alergi dengan saya. Yang ganggu sapa, yang alergi sapa. Heheaheu.

Apakah mereka layak di-block? Sangat layak. Banyak yang menyarankan saya untuk mem-block mereka. Tapi perlu diketahui, kalo mereka di-block, mereka akan foto bukti di-block dan memamerkannya di diskusi-diskusi Anti JIL lainnya. Bangga di-block, merasa menang debat. Padahal yang mereka lakukan bukan debat, tetapi mengganggu. Berdebat itu seharusnya sopan, menghormati lawan debat, menggunakan argumentasi yang relevan, dan tetap stick pada topik. Tetapi mereka sebaliknya. Mereka sering melantur keluar dari topik, menggunakan kata-kata kasar, personal attacking dengan memaki kehidupan pribadi saya, hingga memfitnah. Mem-block mereka juga membuat saya tidak lagi bisa membaca fitnah-fitnahnya dan mendoakan mereka. (:  

Apa yang bisa saya lakukan? Ini senjata saya yang paling ampuh: percaya Allah. Karena itu saya percaya Dia akan selalu melindungi saya dari setan, akan selalu mengingatkan saya untuk bersabar, dan akan selalu memberi keadilan yang terbaik untuk umatnya yang mencintai-Nya dengan tulus. Dengan mempercayai-Nya, hati saya menjadi damai.

Sincere Condolences For The Dark Night Rises Premiere Victims

I was never afraid to die, but I often think about death. Where am I going to die? What causes my death? This thought never stops every day.

Mass shootings in Colorado July 20th 2012, made me more believe that life is so difficult because we easily could die anytime, anywhere, even with any ridiculous reasons. Just watching a movie in the theaters, we could have met death and dying on the spot. Horrifying, of course.

But more horrifying to those who have left behind. They still have to move on and deal with the sadness. What a terrible loss, to that I say the sincerest condolences. I'm sure the victims are already happy meeting God up there in a place called peace.

So often I have found myself taking it for granted. Every hug from a family member. Every laugh we share with friends. Even the times of solitude are all blessings. Every second of every day is a gift. 

- one of the victim, Jessica Ghawi (1988-2012).

Untuk Menyelamatkan Ibukota, Saya Dukung Faisal Basri

Tak harus menjadi superhero, jaman sekarang masing-masing dari kita bisa menyelamatkan ibukota dengan sebuah kekuatan sederhana, yaitu bersuara. 11 Juli 2012 besok nasib Jakarta ditentukan oleh warganya yang bersuara. Akan menjadi konyol jika kita memiliki kekuatan bersuara, namun memilih golput, membuang kesempatan menyelematkan ibukota dengan sia-sia. Padahal turut bersuara artinya memiliki kesempatan memilih pemimpin terbaik untuk kita. Walaupun seluruh pilihan itu buruk, paling tidak kita telah memilih yang terbaik, bukan justru memberi kesempatan yang terburuk dari yang terburuk untuk menang. Akhirnya kita sendiri yang merugi. Muncul banyak pertanyaan serupa: tapi jika dipaksa memilih, mereka akan asal memilih, hasilnya sama saja mereka bisa memilih yang terburuk? Maka jawabannya: jangan asal pilih! Jika setiap hari mengeluhkan Jakarta macet, seharusnya kita turut berusaha menguranginya, yaitu dengan memilih pemimpin yang terbaik untuk mengatasinya. Memilih bukan sekedar datang lalu mencoblos kertas. Memilih adalah proses yang dalam. Kita perlu mengeluarkan tenaga untuk mengetahui isi setiap calon pemimpin, sehingga kita memiliki bekal keyakinan siapa yang paling pantas memimpin kita. Bekal keyakinan memilih pemimpin itu ada dua, yang pertama adalah track record-nya. Ada 2 calon gubernur DKI yang sudah terbukti memiliki track record hebat, berintegritas kuat. Yang pertama adalah calon gubernur (cagub) yang sebelumnya pernah memimpin sebuah kota. Banyak teman mencintai sosok beliau. Sosok yang akhir-akhir ini sering masuk berita sebagai sosok pemimpin yang sederhana dan memperjuangkan produksi dalam negri. Beliau juga telah berhasil menyelamatkan pedagang lokal dari serbuan mini market ternama. Beliau memang sosok yang berhasil dan dicintai.

Yang kedua adalah Faisal Basri. Wimar Witoelar pernah memberi testimoni, "Faisal Basri lebih konsepsional sebagai ekonom. Ekonomi yang dijalankan secara konsepsional tidak bisa memberi toleransi kepada korupsi." Ini benar. Tahun 2003, beliau sudah berani mengatakan jika Miranda Goeltom terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia, maka akan menjadi bencana nasional, seperti pada berita disini. Walau Miranda adalah gurunya, beliau tidak peduli. "Miranda itu guru saya. Tetapi karena urusannya menyangkut negara, nggak ada urusan," katanya seperti dalam berita disini. Di tahun 2010, walaupun dicaci-maki oleh Anggota Pansus Centurygate, Faisal Basri tetap tegas mengatakan bailout dari Sri Mulyani itu langkah terbaik, seperti pada berita disini. Untuk seseorang yang sudah dikelilingi dengan urusan politik, menjadi tegas itu sulit. Perlu jiwa yang percaya diri dan tidak memikirkan dirinya sendiri untuk bisa teguh mengkritik yang salah dan kuat membela yang benar. Integritas ini dimiliki Faisal Basri.

Akan tetapi jangan lupakan bekal kedua dalam memilih pemimpin, yaitu latar belakangnya.  Siapa yang mendukungnya? Siapa yang mendanainya? Bagaimana efek dukungan itu setelah dirinya terpilih? Ada seorang cagub yang memiliki track record baik namun latar belakangnya didukung oleh partai dan bahkan oleh seseorang yang terkait dengan kasus pelanggaran HAM. Siapa yang bisa menjamin sebuah partai atau sekelompok orang tidak meminta timbal balik atas dukungannya? Meresahkan jika lagi-lagi cagub yang didukung oleh partai akan berhutang budi pada partai itu, pada kelompok tertentu. Ini akan berdampak pada kebijakan-kebijakan yang menguntungkan lingkaran mereka sendiri, bukan rakyat secara keseluruhan. Sebuah kontrak politik di atas kehidupan rakyat. Kenyataan ini ironis. Jika semua calon pemimpin didukung oleh partai dan sekelompok orang, maka Jakarta seperti tak ada harapan.

Harapan Jakarta adalah memiliki pemimpin yang komplit. Bekal integritas calon tidak cukup. Kita juga perlu menilik integritas pendukung dibaliknya. Kemudian sebuah berita muncul, "Faisal Basri maju sebagai calon gubernur DKI independen, bukan dari partai." Hey Jakarta, kamu masih punya harapan! Harapan untuk tidak tergantung pada partai atau seseorang yang banyak duit namun punya sejarah kelam. Karena calon independen berangkat dari dukungan rakyat, yang hanya akan berhutang pada rakyat. Apakah gubernur independen sudah pasti tergantung pada rakyat dan tidak akan melupakannya? Tentu, karena hanya rakyatlah massa yang akan selalu mendukungnya. Bukan partai, bukan DPRD, bukan segelintir orang kaya. Hanya rakyat. Ia tak mungkin melupakan rakyat, tumpuan kepemimpinannya.

Sekali lagi, kita tak harus menjadi superhero untuk bisa menyelamatkan ibukota. Cukup menggunakan kekuatan kita, yaitu bersuara. 11 Juli 2012 besok nasib Jakarta ditentukan oleh warganya yang bersuara. Keluarkan tenaga untuk mengetahui setiap isi calon pemimpin kita. Tidak hanya sosok pemimpinnya yang menjadi bekal dalam memilih, tetapi juga latar belakang pendukungnya. Kita harus berusaha memastikan pilihan kita yang terbaik dari yang lain. Karena usaha kita berujung pada perbaikan kehidupan kita sendiri nantinya.

Saya bukan warga Jakarta. KTP saya Sleman. Beberapa orang Jakarta memandang saya sinis karena saya mencampuri urusan warga Jakarta. Bahkan seorang teman bertanya pada saya, "KTP mu tu manaaa? Ngapain ikut-ikut dukung Faisal Basri!" Sounds right but wrong. Salah kah kita, warga luar Jakarta, ikut membahas atau bahkan mendukung seorang cagub DKI besok? Tidak. Jakarta sebagai ibukota negara adalah pusat politik dan ekonomi negara. Maka kebijakan dan perubahan politik maupun ekonomi yang terjadi di Jakarta akan berdampak di kota lain. Di kota saya dan kota-kota lainnya. Maka menjadi kewajiban kita semua untuk turut mencampuri masa depan Jakarta. Jangan suruh kita duduk manis, berdiam diri, tak berbuat apapun untuk ibukota saat sebenarnya kita memiliki suara dan media untuk turut berbuat sesuatu memperbaikinya. Diam adalah kemunduran. Lebih baik buka mata dan gunakan kekuatan kita bersuara dengan bijak, karena misi kita sama: memperbaiki ibukota negara tercinta, Jakarta.

Terkait:

 

Hindari Menghakimi

  Hampir setiap hari saya ngomongin hidup orang lain, si ini masak begini, si itu ternyata gitu, eh si itu kenapa ya mau-maunya kayak gini, dia gila apa ya milih si itu. Sering heran dengan pilihan orang lain, heran mengapa orang lain melakukan suatu hal, memandang rendah orang lain karena perbuatannya, dan bahkan sampai membenci orang lain karena suatu hal yang masih "katanya".

Sampai suatu ketika seseorang mengaku membenci saya karena mengira saya memiliki sifat Y, ada lagi yang mengaku pernah ngomongin saya dibelakang karena dia mengira saya berbuat X, atau ada yang meremehkan saya karena orang-orang bilang saya berbuat Z. Padahal saya bukan yang mereka pikir. Kalaupun saya melakukan perbuatan salah, setelah orang lain tau latar belakang kenapa saya melakukannya, orang lain akan paham dan memakluminya.

Sejak itu sadar bahwa menghakimi orang lain itu sangat tidak bijaksana. Apalagi jika dibarengi dengan membencinya. Sungguh bodoh. Kita tak betul-betul tau latar belakang kehidupan orang lain, maka kita pun tak betul-betul memiliki kemampuan menjadi hakim hidup orang lain. Orang lain memiliki latar belakang gen, lingkungan, pendidikan, pergaulan sejak ia kecil yang membedakan kehidupan mereka dengan kita. Tak bisa kita menghakimi orang lain dari kacamata kehidupan kita sendiri.

Maka jika saya dengar ada orang lain dibicarakan dengan negatif, saya tak akan langsung mempercayainya dan menghakiminya. Saya bukan Tuhan yang tau setiap detail kehidupan setiap manusia di dunia ini.

Indonesia dan Kurangnya Toleransi

Sebelum saya membahas panjang lebar mengenai toleransi, kita harus memahami arti kata toleransi terlebih dahulu. Toleransi adalah sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata toleransi adalah dua kelompok yang berbeda namun dapat saling berhubungan.

Inilah yang sedang saya perjuangkan: toleransi. Beberapa orang mengira saya membela Irshad Manji karena saya lesbi, mengira saya membela Lady Gaga karena saya fans beratnya. Padahal tidak, saya bukan lesbi maupun fans berat siapapun. Saya membela mereka karena ingin masyarakat Indonesia hidup toleran. Masyarakat yang mampu menerima perbedaan dan hidup damai saling menghargai. Apakah Indonesia negara toleran? Tidak.

Banyaknya pemaksaan kehendak dari masyarakat mayoritas terhadap minoritas adalah bukti masyarakat Indonesia belum mampu bertoleransi. Umat sebuah gereja dilarang beribadah, seorang lesbian dilarang mengadakan diskusi buku, seorang penyanyi dilarang konser. Bahkan pelarangan ini dibarengi dengan ancaman kekerasan maupun tindakan kekerasan itu sendiri.

Saya paham jika ada orang yang tidak suka dengan suatu agama, homoseksual, atau penyanyi barat. Perasaan tidak suka dan ingin menjauhi itu wajar. Tidak mendukung kaum homoseksual, tidak setuju dengan sebuah ajaran agama, tidak suka dengan aksi pertunjukkan seorang musisi, itu adalah hak setiap orang. Namun bukan hak siapapun dari kita untuk memaksa orang lain yang tidak kita sukai untuk diam, membubarkan kegiatannya, menyuruhnya berubah, bahkan mengusirnya.

Agar selalu ingat tuntutan apa saja yang berhak kita lakukan dalam masyarakat, kita harus selalu ingat perbedaan kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat. Kepentingan pribadi adalah hidup kita, tanpa ada urusannya dengan hidup orang lain. Kepentingan masyarakat adalah interaksi kita dengan masyarakat, sehingga harus memikirkan satu sama lain. Agama, orientasi seksual, selera musik merupakan kepentingan pribadi. Sehingga tak ada seorangpun berhak mengurusi agama, orientasi seksual, dan selera musik orang lain. Sementara berkendara di jalan raya, mengantri, jual-beli, berdiskusi, adalah kepentingan masyarakat, sehingga satu sama lain berhak ikut mengurusi karena menyangkut urusan bersama.

Namun banyak orang tak dapat membedakan kedua hal ini. Sampai kemarin ada yang bertanya kepada saya di Twitter: "Anda menyuruh kami bertoleransi pada fans Gaga, tapi Anda tidak bertoleransi pada kami yang menolaknya. Nggak adil dong." Perlu selalu diingat, tak ada satu orangpun yang melarangnya untuk tidak menyukai Gaga. Dia membenci Gaga setengah mati adalah haknya, itu pilihan hidupnya. Tidak masalah. Tapi membenci Gaga dengan melarang Gaga konser itu yang salah, karena kita sudah termasuk melanggar hak orang lain dan melanggar toleransi. Kita berhak untuk tidak menyukai sesuatu, tapi kita tidak berhak melarang sesuatu yang tidak kita sukai melakukan haknya.

Tak semua orang membela sesuatu untuk kepentingan dirinya sendiri. Saya membela Irshad Manji, Lady Gaga, bukan karena saya lesbi atau fans beratnya. Tapi karena saya mendambakan masyarakat Indonesia yang dewasa dan mampu hidup damai toleran.

Cerita Gambar: Keep Calm and Carry On


Keep Calm and Carry On adalah poster yang diproduksi oleh pemerintah Inggris pada tahun 1939 pada awal Perang Dunia Kedua. Poster ini dimaksudkan untuk meningkatkan moral dan semangat masyarakat Inggris dalam menghadapi masa perang.
Amazingly, 73 tahun design-nya belum basi. Bahkan pada tahun 2000, beberapa produk seperti baju, mug, dan merchandise terinspirasi design ini hingga sekarang.


Juni 2012 nanti, Olimpiade akan dilaksanakan di London, Inggris. Sebagai tuan rumah, Inggris menciptakan logo Olimpiade 2012 seperti di atas. Banyak yang tidak menyukai logo ini. Ada pula yang melihat logo ini seperti atlit judo yang lututnya lecet keseleo. Sebuah logo yang aneh dan di luar nalar kita. Tapi apakah design Keep Calm and Carry On dipandang sama anehnya oleh orang-orang di masa itu, seperti kita memandang aneh design logo Olimpiade 2012? Mungkin saja. Kalo melihat pergerakan seni Inggris yang progresif, sepertinya justru kita yang ketinggalan jaman. Seniman Inggris selangkah lebih maju dan terbukti mampu membuat design-nya tidak basi dalam waktu puluhan tahun.

Saya Kecewa Jokowi Didanai Prabowo

Betapa kecewanya saya saat membaca berita: Prabowo Danai Seluruh Biaya Pencalonan Jokowi-Ahok.

Sejak tau tentang berbagai track record baik dari seorang Jokowi. Saya langsung membatin, wah Indonesia akhirnya memiliki calon presiden yang menjanjikan untuk kesejahteraan rakyat. Indonesia memiliki harapan. Semoga Jokowi mau mencalonkan diri menjadi presiden kita. Saya akan pilih dia. 

Namun harapan itu hancur setelah Jokowi mau didanai oleh seorang yang terduga kuat menjadi pelaku pelanggaran HAM tahun 1998 lalu, Prabowo Subianto. Saya tak perlu menceritakan panjang lebar mengenai track record buruk seorang Prabowo, karena banyak yang sudah menuliskan mengenai fakta tersebut di berbagai artikel dan berita. Tinggal dicari.

Lalu mengapa seorang Jokowi mau bekerja sama dengan Prabowo? Apakah Jokowi tidak tau mengenai track record buruk Prabowo atau lebih karena tidak mau tau? Sebuah pertanyaan besar. Yang jelas pilihan Jokowi telah merontokkan harapan rakyat terutama korban pelanggaran HAM. Ia telah melupakan rakyat yang hampir mendukungnya. Termasuk saya.

Seperti SBY. Mungkin orang sudah lupa, dulu SBY pemimpin yang luar biasa berwibawa dan tegas, terutama dalam menangkap dan menghukum koruptor. Ia juga sering tertangkap kamera menegur anggotanya yang ketauan tidur atau terlambat. Namun sekarang? Hilang. SBY kehilangan wibawa dan ketegasannya. Orang melupakan sosok SBY yang pernah berwibawa dan tegas, sehingga mencapnya lemah. Namun bagi saya dia tidak begitu saja lemah. Pasti ada alasan kuat mengenai perubahannya dari pemimpin yang kuat menjadi pemimpin yang lemah. Seperti misalnya hutang budi. Seseorang yang berhutang budi akan menjadi lemah karena harus membalas budinya. Apalagi menyangkut sesuatu yang besar seperti uang atau kontrak. Ini yang saya takutkan dari Jokowi. Saya khawatir Jokowi harus mau menuruti Prabowo karena berhutang budi padanya. 

Sekarang saya hanya bisa berharap warga DKI Jakarta memilih gubernurnya setelah benar-benar mempertimbangkan pilihannya. Mempertimbangkan dari berbagai catatan rekam jejak dan latar belakang pilihannya. Tidak hanya dari sebuah fakta baik masa sekarang tanpa ingat fakta buruk masa lalu. Semoga warga DKI Jakarta sudah mampu memilih dengan bijaksana.

Risa Amrikasari dan Tanggung Jawab Blogger

Tulisan ini telah diupdate. Silahkan scroll ke bawah. Kemarin sore (23/11), Risa Amrikasari mengkritik blogger peserta ASEAN Blogger Conference (ABC) Bali yang tidak melaporkan acara itu dalam postingan blog. Menurutnya, blogger yang sudah dibayari ke Bali punya tanggung jawab untuk posting blog mengenai ABC Bali.

Mungkin ia mengira semua blogger peserta ABC Bali bisa dibeli dengan tiket pesawat. Maaf, kami tidak seperti itu.

Sejak kapan ada aturan blogger bertanggung jawab  posting mengenai acara yang mereka datangi? Walaupun para blogger peserta ABC Bali sudah dibayari ke Bali untuk ikut konferensi ini, mereka tidak memiliki tanggung jawab untuk menulisnya di blog masing-masing.

Tanggung jawab blogger adalah menulis yang ingin mereka tulis. Kalaupun ada blogger yang posting berbayar, pasti melalui kesepakatan tertulis. Itu baru yang disebut tanggung jawab blogger. Risa sepertinya tidak tahu akan hal ini dan terus-menerus menagih tanggung jawab blogger peserta ABC Bali. Padahal blogger tak memiliki tanggung jawab itu. Bahkan panitia pun tidak meminta itu.

Saya dan teman-teman blogger peserta ABC Bali disamakan dengan anggota DPR yang hanya ingin jalan-jalan ke luar negeri? Ini lucu sekali. Tambah lucu lagi, dia menagih tanggung jawab blogger, padahal dirinya sendiri jauh dari bertanggung jawab saat bekerja menjadi moderator di ABC Bali. Let me tell you the story.

Rabu, 16 November 2011, diselenggarakan ABC di Nusa Dua Bali. 100 blogger dari daerah dan negara-negara ASEAN diundang untuk mengikuti konferensi ini. Acara dimulai pukul 09.00 WITA dengan sesi pertama oleh Pak Haz Pohan. Namun moderator yang dijadwalkan untuk sesi itu—yang belakangan saya tahu namanya adalah Risa Amrikasari—tidak kunjung datang. Dari panitia, saya mengetahui Risa terlambat karena tidak memiliki ijin masuk kawasan Nusa Dua, tempat diadakannya ABC, yang saat itu juga menjadi kawasan KTT ASEAN. Akhirnya sesi Risa digantikan oleh Mbak Chic. Risa terlambat 2 jam.

Sementara itu, melalui akun Twitternya, Risa memaki-maki petugas keamanan di Nusa Bali yang tidak memperbolehkan dirinya memasuki kawasan itu. Bukankah justru itu yang benar? Nusa Dua sedang dihadiri petinggi dunia untuk KTT ASEAN sehingga sudah sewajibnya dijaga super ketat. Jika orang biasa seperti Risa, tanpa ijin begitu saja diperbolehkan petugas keamanan untuk memasuki kawasan itu, justru itu yang salah.

Kemarin malam, Risa terus menyebutkan di Twitter, bahwa ia terlambat akibat EO ABC yang kacau dalam mengurusi akses masuk orang-orang ke venue acara.

Beberapa jam setelah itu, salah satu panitia ABC, Mbak Wiwik, akhirnya menjelaskan keterlambatan Risa lewat akun Twitternya (@wiwikwae) kepada akun Twitter Risa (@RisaHart).

"Mbak Risa yang baik, saya perlu meluruskan soal keterlambatan Anda yang saya lihat makin absurd saja bahasannya. Dalam hal ini sayalah orang yang tahu kondisi sebenernya. Jatah Anda sebagai seorang moderator adalah sekitar jam 9-an pagi. Idealnya Anda sudah harus ada di lokasi sebelum jam tersebut. Tapi sampe sesi Anda sudah diganti teman yang lain, saya baru dapat kabar tentang Anda, itu sekitar jam 10-an lebih. Kabar tentang Anda yang ga bisa masuk karena ga punya pass. Telpon Anda itu masuk berbarengan dengan telponnya Mike Orgill yang juga ketahan di gate. Saya yang mengirim sopir untuk menjemput kalian berdua. Mike Orgill dapat jatah jam 3 sore dan dia sudah hadir jam 11 berbarengan dengan Anda yang dapat jatah tampil jam 9 pagi."

"Sebagai orang yang saya yakin punya dedikasi tinggi, Anda pasti tahu seharusnya sudah ada di lokasi jam berapa. FYI, venue yang dihadiri oleh VIP dan VVIP itu pasti akan steril. Tidak sembarang orang bisa masuk. Ada banyak screening yang harus dilakukan." Tweet Mbak Wiwik ini sudah dibalas oleh Risa dengan menambahkan keterlibatan Mbak Ajeng (@ajengkol). Dan hingga pagi ini mereka masih saling balas mention. Silahkan dicek.

Setelah telat 2 jam tersebut, akhirnya Risa masuk ruangan ABC. Saya dan Mbak Dita melihat, dia langsung menuju ke Pak Haz Pohan yang duduk di barisan paling depan. Risa bersalaman dengan Pak Pohan dan berdiri cukup lama untuk ngobrol di depan para peserta konferensi. Padahal saat itu, Cyra, blogger dari Filipina, sedang sharring mengenai Filipina di depan para blogger lain. Karena Risa dan Pak Pohan berdiri menutupi Cyra yang sedang berbicara di depan, Cyra sampai memilih stop berbicara dan menunggu 2 orang itu selesai ngobrol. Saya hanya geleng-geleng kepala menonton kejadian itu. Saya dipermalukan. Orang Indonesia seperti tidak memiliki sopan santun.

Setelah Cyra selesai berbicara lalu duduk di samping saya, saya meminta maaf kepadanya. Saya bilang, "most of Indonesian people aren't like that." Untunglah Cyra mempercayainya.

Awalnya saya menahan untuk tidak menanggapi keterlambatan dan perilaku tidak sopan Risa terhadap peserta blogger ABC ini. Namun sekarang justru dia menagih tanggung jawab blogger ABC, yang sebenarnya tidak memiliki tanggung jawab kepada ABC. Sampai menyamakan blogger peserta ABC dengan anggota DPR yang memakai uang rakyat untuk jalan-jalan ke luar negri. Sungguh kelewatan. Tapi saya paham, dia tidak tahu banyak mengenai blogging.

Anyway, inilah blogging. Blogging itu menulis apa yang ingin ditulis. Bukan tanggung jawab seorang blogger untuk menulis mengenai acara yang mereka hadiri, kecuali blogger itu telah sepakat di atas kertas. Semoga tidak ada lagi orang di luar blogger, yang tidak paham blogging, memandang blogger serendah tiket pesawat.

Update 26 Nov 2011:

Risa membantah Mbak Wiwik dengan membalas tweet Mbak Wiwik. Dia mengatakan, dalam undangan lewat email yang dikirimkan Mbak Ajeng, dia sudah minta detail yang harus dilengkapi namun tidak ada informasi apa pun dari panitia melalui email itu. Dia juga mengaku, karena jatah jam 9 itu lah dia sudah menghubungi Mbak Ajeng untuk konfirmasi dan sudah berangkat sejak pukul 7.30.

Ia mengaku terlantar selama 3 jam dari gerbang ke gerbang dan diusir oleh penjaga karena tidak ada akses. Kontak satu-satunya adalah Mbak Ajeng. Ia menghubungi Mbak Ajeng, sampai Mbak Ajeng datang, membawa sticker, tapi hanya 1 ID. Mobil mereka pun diusir lagi, termasuk mobil Mbak Ajeng sendiri. Lalu ID + stiker diantar panitia yang juga akan mengirim untuk Mike Orgill (salah satu pembicara di ABC). Mereka mencoba masuk lagi namun kembali diusir karena tidak ada fotonya. Alternatif pintu lain dipilih tapi diminta menepi karena masalah ID tanpa nama + foto. Akhirnya mereka diijinkan masuk.

Ia meminta Mbak Ajeng konfirmasi kenapa Mbak Ajeng tidak menghubungi panitia lain pada saat emergency tersebut. Ia pun menyalahkan panitia yang tidak memberikan akses masuk sebelum hari H dan panitia yang tidak menghubunginya jika memang keterlambatannya menjadi masalah.

Namun pengakuan Risa dibantah lagi oleh Mbak Wiwik. Dalam tweetnya Mbak Wiwik memberi kesaksiannya di lapangan. Menurut Mbak Wiwik, Risa memberi kabar pada pukul 10 an lebih dan Mbak Ajeng juga menelponnya bahwa Risa tidak dapat pass. Menurut Mbak Wiwik, bukan hanya Risa saja yang tidak bisa masuk karena tanpa pass, Mike Orgill dan beberapa usher juga mengalami hal yang sama. Tapi yang membedakan Risa dengan mereka adalah kedatangan mereka lebih awal dari jam kerja dan menelpon panitia saat sampai gate. Jadi meski mereka juga ketahan di gate, mereka tidak mengalami masalah keterlambatan. Sebagai contoh Mike Orgill,  yang juga dilarang masuk, namun dia langsung menelpon panitia, panitia menjemput, dan masalah beres. Karena dia datang pukul 11, 5 jam dari jatah tampil  yaitu pukul 3.