Irshad Manji tweet mengajak diskusi bukunya di Lembaga Kajian Islam dan Transformasi Sosial (LKiS), Jogja Pukul 19.00 yang katanya untuk umum.
Agenda terakhir di #Indonesia ! Malam ini di LKiS #yogyakarta mari bergabung ! Info @St_Jazeela #Allah #Liberty #Love - @IrshadManji
Ia pun mengajak ekstrimis untuk ikut bertukar pikiran jika berani. Membaca tweet itu saya percaya diri untuk datang.
Ready 4 my final event in #Indonesia - 7 pm, LKiS, Jogja. Expecting at least 1 extremist 2 join dialogue. Let's see if they r man enuff. :) - @IrshadManji
Bersama ketiga teman saya, Nocky-Jow-Inong, kami ke LKiS, Jalan Paru Sorowajan Banguntapan Bantul.
Kami sampai disana tempatnya seperti sebuah rumah. Pekarangan tidak ditutup, tapi ada gerbang tinggi seperti gerbang menuju garasi. Gerbang dalam keadaan tertutup dan digembok. Dari luar bisa dilihat adanya diskusi di pendopo bagian dalam rumah itu. Setelah 10 menit lamanya, baru kami dibukakan pintu dan ditanyai kami dari mana. Saya hanya menjawab bahwa saya mahasiswa UGM. Saya dan teman-teman saya dipersilahkan masuk.
Kami dipersilahkan duduk di lantai di dalam pendopo. Saya mengambil posisi paling dekat dengan Irshad Manji. Diskusi berlangsung santai dan damai. Bahkan kami disuguhi pisang rebus, ketela, dan teh. Saat itu sedang tanya-jawab menggunakan bantuan translator. Irshad sempat ditanyai mengenai issue utama isi bukunya, mengenai sarannya, bahkan dikritik.
Saat Irshad hendak menjawab, ada seseorang dalam diskusi itu berteriak "FPI!" Terlihat ada segerombolan laki-laki berpakaian ekstrimis -yang baru kemudian diketahui massa dari Majelis Mujahidin Indonesia- menghampiri gerbang sambil berteriak-teriak. Selang beberapa detik mereka mendorong-dorong gerbang hingga rusak dan jebol. Mereka masuk namun sempat dihalangi 2 temannya sehingga mereka tidak langsung maju menghampiri kami. Saya datangi mereka untuk tau apa yang akan mereka lakukan pada saya. Salah satu berteriak, "karena polisi tidak bisa mengamankan, maka kami!" Saya masih berani disitu sampai kemudian batu-batu mulau dilemparkan ke arah kami dan teman saya, Nocky, meneriaki nama saya untuk mundur. Dia berhasil menggagalkan rencana bodoh saya menghadapi mereka. Saya mundur dan menuju ke pojokan rumah. Saat saya lari, saya menoleh ke belakang, beberapa dari massa MMi menendang dan menginjak-injak makanan sambil berteriak "Allahu Akbar!" Saat itu juga saya menangis. Negaraku dan agamaku dirusak! Lalu mereka melempari buku-buku Irshad, memecahkan pot, dan melempari kaca perpustakaan dengan batu. Salah satu teman Irshad, Emily, seorang wanita kulit putih menangis, tangannya kesakitan. Teman saya, Mas Jow, atas ceritanya langsung kepada saya, dia hampir kena parang dan akhirnya dipukuli bahkan diinjak-injak massa. Keadaan mencekam selama setengah jam, lalu massa pergi.
Saya mencari dimana Irshad, ternyata dia masih duduk di lantai sambil memeluk kedua temannya. Dia selamat dan dialah yang paling tenang menghadapi serangan ini. Saya datangi dia sambil menangis, saya katakan padanya,
I'm so sorry for everything. My country is not this bad. I'm sorry...
lalu dia memeluk saya dan mencium pipi saya, dia berkata,
Don't be sorry. I understand. Thank you for being here. Don't be sorry okay...
Setelah suasana kondusif, Irshad dibawa ke dalam rumah. Saya keluar dan melihat mobil polisi sudah datang. Saya hampiri polisi yang baru saja keluar dari tempat duduk pengemudia. Saya katakan padanya, "kemana aja Pak? Kenapa baru datang setelah seperti ini?" Dia terlihat marah dan menyuruh saya berbicara dengan atasannya. Saya datangi atasannya dan mengeluhkan hal yang sama. Dia hanya bisa terdiam saja dengan wajah bingung. Ada seorang laki-laki menepuk-nepuk pundak saya saat saya mengeluh. Ternyata itu atasan lain. Dia menjelaskan bahwa acara ini tidak ijin sehingga polisi tidak tau. Saa katakan padanya, kalaupun ijin, biasanya polisi justru melarang kami berdiskusi dengan alasan keamanan. Saya tambahkan, besok lagi jika ada diskusi seperti ini, polisi wajib melindungi kami, dan mengungsikan mereka yang melakukan kekerasan. Kekerasan itu melanggar aturan, diskusi itu dilindungi negara!" Dia terlihat tidak senang saya kritik namun dia kooperatir. Dia menyalami saya dan berkata, "besok lagi jika ada acara seperti ini, kita bekerjasama." Beberapa wartawan merekam kejadian itu.
Setelah semua nampak aman, saya dan ketiga teman saya pulang dengan selamat. Semoga Irshad Manji dan kawan-kawan semua juga selamat dan tetap berani melawan kekerasan.
- Pukul 21.30 hingga saya menulis postingan ini.
Banyak mentions di Twitter berisi cacian dan ucapan syukur atas kekerasan yang terjadi di LKiS tadi. Namun lebih banyak yang mendukung, mendoakan, dan turut memperjuangkan melawan kekerasan. Saya bersyukur. Kita harus bersyukur.
PS: Semua cerita di atas sesuai dengan pengelihatan dan pendengaran saya. Hal-hal yang belum pasti tidak saya tuliskan disini. Mohon lihat latar belakang, identitas, dan posisi saya sebelum menghakimi saya membuat cerita bohong atau berlebihan.