Uncategorized

Pengalaman Menyaksikan Final Debat Konvensi Demokrat

Pengalaman Menyaksikan Final Debat Konvensi Demokrat

Hari Minggu, 27 April 2014 lalu, saya mendapat kesempatan untuk hadir menyaksikan Final Debat Konvensi Partai Demokrat di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta. Saya sungguh excited hingga ada yang bertanya kepada saya, "memangnya apa istimewanya?" Oh banyak. Selain saya jadi bangun pagi di Hari Minggu, saya juga jadi bisa menemui berbagai macam hal dalam acara ini yang tidak diliput di tv. Hal baik maupun hal buruk.

Suasana hotel pagi itu penuh sesak seperti suasana konser musik. Tidak anggun, tidak seperti sebuah acara penting. Mungkin karena terlalu banyak supporter. Walau setiap kandidat hanya memiliki 50 kursi untuk supporter, namun banyak tim sukses kandidat yang memasukkan supporter lebih dari 50. Hasilnya banyak supporter yang berdiri dan ramai. Butuh waktu beberapa lama untuk meminta dan bahkan menertibkan para supporter yang berdiri di tengah-tengah untuk mundur dan tidak berisik. Entah kenapa mereka yang tidak memiliki tempat duduk tidak dipersilahkan keluar saja.

Read More

Review Film: Make Money

Sulit mempercayai film Indonesia, apalagi film yang tidak diadaptasi dari novel ternama atau sejarah. Biasanya film Indonesia yang tidak diadaptasi itu memiliki alur cerita yang tidak karuan dan mudah ditebak. Detail penting tidak diceritakan secara jelas, namun detail tidak penting sering muncul dan membosankan. Lokasi adegan juga kadang tidak seperti di Indonesia atau tidak sewajarnya yang ada di Indonesia. Karakter hanya dimiliki oleh pemain utama, sementara pemeran pembantu tidak dipedulikan. Apalagi beberapa sutradara tidak mampu memberikan arahan bagaimana aktor harus bersikap sewajarnya saat kaget, marah, senang, atau bahkan saat mendengarkan lawan mainnya berbicara. Dari hal-hal dasar semacam itu, kebanyakan film Indonesia masih gagal. Itulah mengapa saya sering malas nonton film Indonesia. Sorry. Tapi jika film itu bagus, saya rela nonton di bioskop hingga lebih dari 2 kali.

Tapi hari ini dengan berbagai alasan, saya jadi nonton Make Money. Alasan utama menonton film ini karena mengetahui Pandji Pragiwaksono adalah pemain utama. Seperti biasa, saya sudah underestimate duluan. Ah paling film komedi Indonesia yang nggak jelas seperti biasanya. Tapi saya salah. Eh bahkan salah banget.

Make Money menceritakan tentang bagaimana kita menghargai uang dan cara mendapatkannya. Ada yang bilang karakter film ini seperti karakter film Adam Sandler. Saya setuju. Bukan meniru tetapi film ini memiliki jenis cerita yang sama dengan film-film Sandler. Dimana tokoh utama mendadak mendapat masalah dan berusaha menyelesaikannya walaupun banyak hal aneh yang harus dilalui. Benar kata Pandji, "enggak usah nyari pelajaran apa yang bisa diambil dari film ini. Anggap saja kalian lagi piknik. Senang-senang saja." Yup! Pelajaran hidup dalam film ini sudah sering kita dengar. Namun film ini mampu membuat suatu pelajaran hidup sederhana menjadi sebuah cerita rumit yang kocak dan tidak terduga.

Berulang kali saya membisiki teman saya, "ternyata bagus ya" atau "hah trus nanti gimana dong?" Ada beberapa adegan yang bikin saya terpingkal-pingkal seperti adegan laba-laba atau bikin nggak tega melihat adegan Putut (Albert Halim) minum dari gelas Odi (Ence Bagus). Saya sangat terhibur. Film ini berhasil membuat cerita yang menarik dan mengejutkan namun dikemas seperti kehidupan nyata di Indonesia. Semua pemain memainkan perannya dengan sederhana tapi itulah yang seharusnya. Seperti Pandji yang menjengkelkan, Putut yang gay, Ernest Prakasa yang tadinya teman baik jadi jahat, Ucok Baba yang bossy, dan Pak Yadi (Tarzan) yang pikun. Karakter mereka kuat namun akting mereka tidak berlebihan. Jokes dan kejutan dalam film ini pun baru dan belum pernah saya temui dalam cerita manapun. Apalagi ditambah lokasi-lokasi adegan yang terasa tak asing di sekitar kita. Dari semua kesederhanaan dan kejutannya membuat film ini menjadi apik dan menyenangkan. Seperti piknik di tempat asik yang sayang untuk dilewatkan. Apakah saya mau menonton lagi? Tentu saja!

#TwitRadio 14: #SaveKPK #SaveIndonesia

8 Oktober 2012 ini #TwitRadio Unisi 104.5 FM sudah siaran yang ke-19 kalinya dan saya tetap sebagai guest host menemani Mbak Bulan Annisa. Siaran yang ke-19 ini kita membahas mengenai gerakan “#SaveKPK #SaveIndonesia.” Bintang tamu kita di studio adalah mahasiswa Fakultas Hukum UGM, Rimang, dan seorang yang aktif di dunia online atau onlinersArga. Untuk lebih mengetahui gerakan #SaveKPK yang berlangsung di Jakarta, #TwitRadio menghubungi via telepon beberapa orang yang turut bergerak dalam gerakan itu. Antara lain aktivis HAM Usman Hamid, aktivis sosial dari Indonesia Corruption WatchIlliandeta, dan aktivis dari kalangan musisi yang sangat concern dengan isu ini, Glenn Fredly. Namun pada akhirnya Usman Hamid berhalangan untuk kita hubungi. Kami paham betul Usman Hamid sedang sibuk berat mengurusi gerakannya menyelamatkan KPK, dan kami sangat berterima kasih atas semua usahanya. Namun walaupun tidak bisa terhubung dengan Usman Hamid, narasumber yang hadir dan yang ditelpon sudah sangat banyak memberi informasi yang kita butuhkan. Berikut rekaman siaran kami, selamat mendengarkan.

Twitradio 8 okt 2012 "save KPK" by unisi selection
Thank you for listening! (: PS: Saya on air #TwitRadio setiap Senin, pukul 21.00 hingga 23.00 WIB di Unisi 104.5 FM. Untuk streaming bisa di Jogja StreamersNux Radio, atau Tune In. Untuk Blackberry launcher bisa di http://bb.unisifm.com

Cerita Gambar: Keep Calm and Carry On


Keep Calm and Carry On adalah poster yang diproduksi oleh pemerintah Inggris pada tahun 1939 pada awal Perang Dunia Kedua. Poster ini dimaksudkan untuk meningkatkan moral dan semangat masyarakat Inggris dalam menghadapi masa perang.
Amazingly, 73 tahun design-nya belum basi. Bahkan pada tahun 2000, beberapa produk seperti baju, mug, dan merchandise terinspirasi design ini hingga sekarang.


Juni 2012 nanti, Olimpiade akan dilaksanakan di London, Inggris. Sebagai tuan rumah, Inggris menciptakan logo Olimpiade 2012 seperti di atas. Banyak yang tidak menyukai logo ini. Ada pula yang melihat logo ini seperti atlit judo yang lututnya lecet keseleo. Sebuah logo yang aneh dan di luar nalar kita. Tapi apakah design Keep Calm and Carry On dipandang sama anehnya oleh orang-orang di masa itu, seperti kita memandang aneh design logo Olimpiade 2012? Mungkin saja. Kalo melihat pergerakan seni Inggris yang progresif, sepertinya justru kita yang ketinggalan jaman. Seniman Inggris selangkah lebih maju dan terbukti mampu membuat design-nya tidak basi dalam waktu puluhan tahun.

Pets Adoption Night 30 May 2012

Seperti yang telah dijanjikan sebelumnya, Pets Adoption Night akan diselenggarakan tiap bulannya. Maka setelah bulan April lalu, bulan Mei ini kami kembali menggelar acara kampanye sosial untuk mengadopsi binatang peliharaan ini lagi, yaitu pada:

  • Hari Rabu, 30 Mei 2012
  • Pukul 18.30 - 21.30 WIB
  • Diadakan di Garden Juice, Jalan Kaliurang Km. 5 Blok C No 26, Pogung Baru, Jogja (denah tertera di bawah)
  • Masuk GRATIS!

 

Acara ini bermaksud untuk mengkampanyekan pentingnya peran para pecinta binatang agar lebih memilih mengadopsi binatang peliharaan daripada membelinya. Munculnya binatang terlantar adalah akibat dari over populasi. Salah satu penyebab over populasi adalah breeder yang terus menerus mengembangbiakkan hewan peliharaan untuk dijual ke masyarakat, tanpa memikirkan dampak kesejahteraan binatang tersebut dalam jangka panjang.

Dalam acara ini akan ada dua komunitas pecinta binatang yang menceritakan pengalaman menyelamatkan binatang terlantar atau tersiksa, tanya jawab dengan Drh. Aniq, live acoustic dari Dharma Music, Widi Band, Bala-Bala, dan stand-stand yang menawarkan adopsi dari Animal Friends Jogja dan Shelter Meces.

Kami mengundang seluruh pecinta binatang untuk datang, meramaikan acara ini, dan membuat kampanye ini berhasil. Sebagai pecintai binatang, maka kita harus peduli dan turut berkontribusi melindungi kesejahteraan binatang. Semoga bersama-sama kita berhasil. See you there!

More Info: Twitter: @petsmovement Website: petsmovement.wordpress.com Email: petsmovement@gmail.com

Denah Lokasi:

Tifatul Sembiring dan "Alhamdulillah"-nya

"Manajemen Lady Gaga memastikan untuk membatalkan konser di Jakarta karena alasan keamanan," kata Minola Sebayang, Kuasa hukum Big Daddy - promotor yang mendatangkan Lady Gaga. Berita ini bisa dibaca di BBC dan Tempo. Ya, karena alasan keamanan, Lady Gaga membatalkan konsernya di Indonesia.
Menanggapi berita tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, mengirimkan tweet berbunyi:

Tentu banyak yang sakit hati dan protes karena tweet beliau. Saya sebatas sakit hati namun tidak merasa perlu protes. Namun kemudian dia mengirimkan tweet lagi berbunyi:

Seorang menteri, apalagi menteri informasi, telah mengucapkan syukur karena Lady Gaga batal konser di Indonesia. Padahal pembatalan konser karena Indonesia dianggap tidak aman. Tapi beliau tidak sadar apa yang salah dari tweet-nya. Semua orang berhak mendapatkan informasi, bahkan seorang menteri informatika sekalipun. Maka agar Tifatul Sembiring mendapat informasi yang mungkin tidak diketahuinya, saya beri tahu beliau:

  Lalu beliau menjawab:

Polemik selesai dan damai tapi ada yang kalah karena ancaman kekerasan dan ketidakamanan. Penyelesaian polemik ini adalah bentuk dari perdamaian negatif. Masalah memang selesai, namun permusuhan antar masyarakat dan tekanannya masih ada. Dalam perdamaian positif, masalah selesai dibarengi dengan hubungan antar masyarakat menjadi positif dan tidak ada tekanan. Mungkin Pak Tifatul tidak tau.
PS: Maaf, yang komennya keluar konteks atau justru membahas personal saya, tidak saya balas ya.

Diskusi "Matinya Universitas & Demokrasi" Fakultas Hukum UGM

Sore tadi akhirnya UGM membuat diskusi berjudul "Pembatalan Diskusi Irshad Manji: Matinya Universitas dan Demokrasi" di Fakultas Hukum. Acara ini (kalo saya tidak salah) diselenggarakan oleh Mahkamah FH UGM dengan moderator Mas Adip (LKiS) dan pembicara antara lain Zainal Abidin Baghir (Direktur Center for Religious and Cross-Cultural Studies), Ari Dwipayana (Dosen Fisipol UGM), Hasrul Halili (Dosen Hukum UGM), dan Kartika Nurohman (perwakilan KAMMI).
Sebagai pembicara pertama, Pak Zainal menceritakan ulang bagaimana kronologis perencanaan dan pembatalan diskusi yang CRCS selenggarakan dengan pembicara Irshad Manji itu. Ia mengaku bahwa banyak sekali diskusi mengenai agama yang sering dibahas di CSCR ini, namun tak pernah ada masalah. Ia juga menceritakan bagaimana Polda menghubungi panitia acara untuk terlebih dahulu berdiskusi dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ia menyesalkan, universitas sebesar UGM ternyata bisa dikalahkan oleh sekelompok orang yang kita tak tau persis seberapa besar mereka. "Apakah semua diskusi harus didiskusikan dulu dengan suatu kelompok karena sensitif? 2 bulan yang lalu ada diskusi Papua kurang sensitif apa? Tapi tak ada juga yang memberitakan. UGM seperti tidak berdaya dalam situasi seperti itu. Negara ini sudah tidak aman," tegasnya. Menurut Zainal, polisi justru menyuruh membatalkan, tidak mau melindungi mereka, seperti tidak mau repot. "Banyak kasus malah korban diungsikan. Jadi yang salah bukan yang marah-marah itu. Ini situasi yang tidak baik," tambahnya.
Pembicara kedua adalah seorang dosen Fisipol UGM yang cukup ternama, Ari Dwipayana. Ia memulai pembahasannya mengenai bangsa yang pelupa. Menurutnya, peristiwa kemarin sebenarnya mengingatkan kita untuk melawan lupa. "Dengan cara mendiskusikannya kembali adalah strategi melawan lupa itu. Peristiwa seperti ini tidak hanya sekarang, tapi sudah pernah. Hanya saja kita mempunyai ingatan yang pendek," katanya. Hal yang paling penting yang disampai Pak Ari adalah mengenai keberadaan Statuta UGM sebagai fondasi dasar UGM. Dalam Statuta UGM, terdapat penjelasan mengenai kebebasan mengeplorasi, menggali ilmu pengetahuan, dan mengekspresikan pada mimbar akademik. Hak hidup universitas itu dijamin dalam Statuta UGM dengan prinsip dasar bertanggung jawab. Baginya, diskusi sore itu bukan untuk memperbaiki citra universitas, tapi untuk memperbaiki hak hidup universitas. "Ini bukan hanya isu UGM. Namun lebih luas lagi. Maka agenda yang harus dilakukan bukan hanya mendorong kebebasan akademik di UGM untuk kita, tapi juga di luar UGM, yaitu kebebasan berekspresi tanpa harus diganggu oleh ancaman. Kalo kita tidak memiliki kebebasan akademik untuk mencapai kebenaran maka itu tragedi. Kelompok-kelompok ini memanfaatkan kebebasan, tapi disaat bersamaan membunuh kebebasan. Karena negara membiarkan aksi kekerasan mereka," tegasnya"
Pembicara ketiga adalah seorang dosen Fakultas Hukum UGM yang sedang serius mendalami masalah korupsi, Hasrul Halili. Selain membahas mengenai aspek kebebasan berpendapat, ia juga menceritakan bagaimana petinggi UGM menjawab alasan-alasan pembatalan diskusi Irshad Manji. Selain alasan keamanan, ada pula alasan bahwa masyarakat dirasa mereka belum siap dengan diskusi ini. Menanggapi alasan itu, Pak Hasrul kecewa sekali karena dianggap bodoh tak mampu berdiskusi. "Jangan pikir kami kambing congek yang bodoh dan tidak bisa berfikir nalar dalam berdiskusi. Jangan mendahului kami dengan merasa perlu melindungi kami dengan membungkam hak orang berbicara," tegasnya. Disamping itu Pak Hasrul mengkritisi CSCR yang seharusnya meminta maaf kepada Irshad Manji karena kejadian tersebut. "Ini bukan budaya menerima tamu yang baik. Seharusnya pihak CSCR yang diketuai Pak Zainal itu meminta maaf," katanya.
Kemudian tiba-tiba ada tambahan pembicara satu lagi yang telat datang, yaitu Kartika Nurohman, perwakilan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). KAMMI inilah yang meminta kepada pihak UGM untuk membatalkan adanya diskusi buku Irshad Manji di UGM. Kartika menjelaskan alasan kenapa ia dan kawan-kawan meminta diskusi buku Irshad Manji dibatalkan, yaitu karena ketakutan mereka jika Irshad Manji menularkan ke-lesbian-nya. Ia juga menjelaskan bahwa bagi dia dan kawan-kawannya, diskusi Irshad Manji memiliki lebih banyak mudharat-nya daripada manfaatnya karena tidak sesuai ajaran Islam. Namun di tengah-tengah ia menjelaskan mengenai alasannya, dia juga menanyakan, "Irshad itu Bung atau Mbak saya juga tidak tau. Mungkin kalo di rumah jadi Bung," katanya. Mungkin baginya itu joke, tapi bagi saya dan beberapa orang disitu tidak lucu sama sekali.
Lalu pada sesi bertanya, saya menjadi penanya pertama. Poin saya ada 3, antara lain:

  1. Alasan keamanan tidak bisa diterima. Jika ancaman itu dituruti oleh UGM maka sama saja UGM takut pada ancaman preman. UGM telah dipimpin preman. LKiS memang kehilangan piring, kaca, dan lain-lain, tapi mereka tidak kehilangan harga diri dalam melakukan haknya. UGM sudah kalah dengan LKiS.
  2. Saya katakan langsung pada Kartika, "lesbian itu tidak menular, Mas. Jika ada cewek telanjang di depan saya, tidak akan saya apa-apakan. Dan dalam ilmu psikologi, lebian/gay sudah dihapus dari salah satu penyakit jiwa. Jadi sekali lagi, lesbian itu tidak menular."
  3. UGM sebagai tingkatan pendidikan tertinggi diperlukan untuk meluruskan arti kebebasan berpendapat dan liberalisme. Karena masih banyak masyarakat yang mengatakan membatalkan Irshad berdiskusi itu adalah salah satu kebebasan berpendapat. Ada ketidaktahuan dari beberapa kalangan masyarakat mengenai definisi kebebasan berpendapat itu, sehingga perlu diluruskan UGM.

Lalu Kartika menjawab, "lesbian itu menular. Saya punya 3 teman yang tertular." Saya jawab dia lagi, "itu berarti dia memang sudah lesbi, Mas. Dan saya lebih percaya ilmu pengetahuan daripada pengalaman seseorang dengan 3 temannya." Kartika menjawab lagi, "saya lebih percaya dengan pengalaman saya bahwa 3 teman saya tertular." Lalu ditimpali Pak Zainal sambil menatap saya, "eh ada 3 lho. Banyak lho itu 3" Hahaha saya dan forum semua tertawa menanggapi guyonan Pak Zainal. Bahwa Kartika, yang hanya memiliki 3 pengalaman, sudah yakin betul bahwa lesbian itu menular. Selain itu Kartika menambahkan bahwa KAMMI ini adalah gerakan, dan gerakan lebih penting dari akademik. Tentu semua heran.
Selain saya, 3 penanya yang lain (semua dari mahasiswa UGM) hampir mirip dengan saya, intinya mereka juga tidak setuju dengan adanya pembatalan diskusi UGM. Namun ada satu perempuan yang setuju dan mengatakan dirinya keberatan dengan adanya diskusi Irshad Manji. "Mau dia lesbi kek, bukan kek, saya tidak peduli. Tapi saya tidak setuju jika dia mengadakan diskusi yang menodai agama," katanya. Hal ini selanjutnya ditanggapi oleh Pak Zainal, "kalo dia lesbi tapi dia muslim, mau gimana Mbak?" Perempuan tadi menjawab ingin Irshad keluar dari Islam. Pak Zainal menyayangkan statement tersebut karena itu sama saja mengambil hak seseorang. "Bila dia ingin haji, dia mengaku muslim, ga boleh juga? Hak-haknya hilang. Itu susahnya. Sekarang tambah lama tambah banyak. Sekarang yang banyak ada kasus di Aceh tahun lalu. SK Gubernur Aceh, itu melarang suatu aliran sesat, Ahmadiyyah, Syiah, beberapa aliran Tasawuf. Sekarang di Aceh persoalannya bukan yang mana Islam dan bukan, tapi yang mana yang Sunni dan mana yang enggak. Jadi makin lama makin sempit. Ini repot. Kalo Anda bilang agama dilukai, ini perbedaan harus dilihat. Kalo saya punya pandangan yang berbeda dalam menafsirkan Quran misalnya, saya tidak mempunyai niat buruk, dan saya kira orang Ahmadiyyah segala macam tidak punya niat buruk, tapi kemudian dituduh melukai, ini saya kira bahasa yang buruk yang sering dipakai untuk mengungkapkan perbedaan. Jika ada perbedaan dikatakan penodaan dan niat untuk melukai. Masyarakat kita seperti ini, mau apa lagi. Ini adalah masyarakat yang majemuk, mau apa lagi. Ada beberapa hal yang kita nggak suka, kita harus biarkan ketidaksukaan itu. Sekali lagi saya khawatir, semakin lama semakin 'ini tidak boleh ngomong tentang Islam, kalo kamu ngomong gitu, kamu bukan Islam'. Nah saya heran, umat Islam ini teriak-teriak 'wooo ada Kristenisasi' tapi yang orang Islam tidak diakui sebagai orang Islam. Jadi makin lama makin sedikit, repot. Ini seperti ada asumsi bahwa akan ada penikaman. Ini perbedaan yang harus disikapi. Yang kita tidak sukai itu realitas, jadi mau apalagi. Mau kita bunuh segala macam? Nah kembali ke tema kita sekarang ini, cara menghadapi hal-hal seperti ini, adalah dengan berbicara. Ada forum yang enak, kita bicara, dan jangan sekali-kali berfikir bahwa semua orang di dunia ini bodoh. Kalo Ahmadiyyah dibiarkan nanti semua orang akan jadi Ahmadiyyah, sesat, masuk neraka, segala macam. Belum tentu. Yang penting kasih ruang dulu supaya orang pikirannya jalan. Akal ini kan dikasih Tuhan, supaya orang mikir. Jangan takut pada sesuatu yang sudah diberikan Tuhan. Terima kasih," jawabnya panjang dan disambut tepuk tangan.
Selama hampir 3 jam diskusi itu berjalan dengan lancar dan damai. Diskusi yang dihadiri dan dihidupkan oleh 2 pemikiran yang berbeda dan saling mengkritisi, menimpali, mengungkapkan pendapatnya. Seperti itulah yang seharusnya terjadi pada diskusi orang yang berpendidikan.
PS: Terima kasih Mahkamah Fakultas Hukum UGM karena telah menyelenggarakan diskusi hebat ini. Paling tidak masyarakat tahu bahwa tak semua warga UGM setuju dengan adanya pembatalan diskusi Irshad Manji dan kita tidak mau diam menanggapi tragedi itu.

Gerakan Rakyat Yogya Anti Kekerasan

Gerakan Rakyat Yogya Anti Kekerasan (Gerayak) pada Hari Sabtu, 12 Mei 2012 Pk. 13.00 di 0 Km Yogyakarta. Gerakan ini menentang adanya penyerangan acara diskusi buku Irshad Manji (9 Mei 2012) yang menimbulkan korban luka beserta kerusakan properti lainnya. Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai kota nyaman dan aman, malam itu terjadi kekerasan atas nama agama. Maka dari itu, beberapa organisasi dan kelompok Islam yang menentang penyerangan tersebut mengajak masyarakat untuk turut turun ke jalan, berkumpul, dan menyuarakan anti-kekerasan. Hiruk-pikuk orang berdatangan tidak ingin ketinggalan moment anti-kekerasan di Yogyakarta itu. Begitu pula dengan saya, turut meneriakkan anti-kekerasan dan mendapatkan kesempatan untuk berorasi.

Saya mahasiswa UGM yang selama ini bangga menjadi bagian dari UGM. Namun kemarin saya malu, perguruan tinggi tertua di Indonesia itu telah membatalkan sebuah diskusi buku karena ancaman. Padahal kita tak perlu menakuti ancaman. Jangan takut. Negara ini negara hukum. Jika kita takut dan menuruti ancaman, maka kita membiarkan diri kita dipimpim preman. UGM telah dipimpim preman.
Sedihnya, saat malamnya saya mendatangi acara diskusi buku Irshad Manji di LKiS, Majelis Mujahidin Indonesia atau MMI menyerang untuk membubarkan acara memukul teman saya, menginjak-injak makanan, melempari kaca perpustakaan sambil meneriakkan "Allahuakbar!" Apa-apaan itu?! Negara dan agamaku dirusak! Maka jangan pernah kita tolerir kekerasan. Apapun isi bukunya, mau gay mau lesbi, jika kamu tak setuju dengan pemikirannya maka lawan dengan pemikiran! Bukan dengan kekerasan!
Jika kekerasan itu terjadi, polisi wajib melindungi kami. Maka saya juga memohon kepada polisi untuk melindungi kita, bukan berpihak kepada mereka. Terima kasih


Saya berterima kasih pada bapak-bapak disana yang memberi kesempatan saya berbicara.

Kronologi Penyerangan Diskusi Buku Irshad Manji di LKiS Jogja 9 Mei 2012

 

  • Sekitar pukul 12.00 WIB

Irshad Manji tweet mengajak diskusi bukunya di Lembaga Kajian Islam dan Transformasi Sosial (LKiS), Jogja Pukul 19.00 yang katanya untuk umum.

Agenda terakhir di #Indonesia ! Malam ini di LKiS #yogyakarta mari bergabung ! Info @St_Jazeela #Allah #Liberty #Love - @IrshadManji

 

  • Sekitar pukul 17.00 WIB

Ia pun mengajak ekstrimis untuk ikut bertukar pikiran jika berani. Membaca tweet itu saya percaya diri untuk datang.

Ready 4 my final event in #Indonesia - 7 pm, LKiS, Jogja. Expecting at least 1 extremist 2 join dialogue. Let's see if they r man enuff. :) - @IrshadManji

 

  • Pukul 19.00 WIB

Bersama ketiga teman saya, Nocky-Jow-Inong, kami ke LKiS, Jalan Paru Sorowajan Banguntapan Bantul.

 

  • Sekitar pukul 19.30 WIB

Kami sampai disana tempatnya seperti sebuah rumah. Pekarangan tidak ditutup, tapi ada gerbang tinggi seperti gerbang menuju garasi. Gerbang dalam keadaan tertutup dan digembok. Dari luar bisa dilihat adanya diskusi di pendopo bagian dalam rumah itu. Setelah 10 menit lamanya, baru kami dibukakan pintu dan ditanyai kami dari mana. Saya hanya menjawab bahwa saya mahasiswa UGM. Saya dan teman-teman saya dipersilahkan masuk.

 

  • Sekitar pukul 20.00 WIB

Kami dipersilahkan duduk di lantai di dalam pendopo. Saya mengambil posisi paling dekat dengan Irshad Manji. Diskusi berlangsung santai dan damai. Bahkan kami disuguhi pisang rebus, ketela, dan teh. Saat itu sedang tanya-jawab menggunakan bantuan translator. Irshad sempat ditanyai mengenai issue utama isi bukunya, mengenai sarannya, bahkan dikritik.

 

  • Sekitar pukul 20.15 WIB

Saat Irshad hendak menjawab, ada seseorang dalam diskusi itu berteriak "FPI!" Terlihat ada segerombolan laki-laki berpakaian ekstrimis -yang baru kemudian diketahui massa dari Majelis Mujahidin Indonesia- menghampiri gerbang sambil berteriak-teriak. Selang beberapa detik mereka mendorong-dorong gerbang hingga rusak dan jebol. Mereka masuk namun sempat dihalangi 2 temannya sehingga mereka tidak langsung maju menghampiri kami. Saya datangi mereka untuk tau apa yang akan mereka lakukan pada saya. Salah satu berteriak, "karena polisi tidak bisa mengamankan, maka kami!" Saya masih berani disitu sampai kemudian batu-batu mulau dilemparkan ke arah kami dan teman saya, Nocky, meneriaki nama saya untuk mundur. Dia berhasil menggagalkan rencana bodoh saya menghadapi mereka. Saya mundur dan menuju ke pojokan rumah. Saat saya lari, saya menoleh ke belakang, beberapa dari massa MMi menendang dan menginjak-injak makanan sambil berteriak "Allahu Akbar!" Saat itu juga saya menangis. Negaraku dan agamaku dirusak! Lalu mereka melempari buku-buku Irshad, memecahkan pot, dan melempari kaca perpustakaan dengan batu. Salah satu teman Irshad, Emily, seorang wanita kulit putih menangis, tangannya kesakitan. Teman saya, Mas Jow, atas ceritanya langsung kepada saya, dia hampir kena parang dan akhirnya dipukuli bahkan diinjak-injak massa. Keadaan mencekam selama setengah jam, lalu massa pergi.

  • Sekitar pukul 20.30 WIB

Saya mencari dimana Irshad, ternyata dia masih duduk di lantai sambil memeluk kedua temannya. Dia selamat dan dialah yang paling tenang menghadapi serangan ini. Saya datangi dia sambil menangis, saya katakan padanya,

I'm so sorry for everything. My country is not this bad. I'm sorry...

lalu dia memeluk saya dan mencium pipi saya, dia berkata,

Don't be sorry. I understand. Thank you for being here. Don't be sorry okay...

 

  • Sekitar pukul 20.45 WIB

Setelah suasana kondusif, Irshad dibawa ke dalam rumah. Saya keluar dan melihat mobil polisi sudah datang. Saya hampiri polisi yang baru saja keluar dari tempat duduk pengemudia. Saya katakan padanya, "kemana aja Pak? Kenapa baru datang setelah seperti ini?" Dia terlihat marah dan menyuruh saya berbicara dengan atasannya. Saya datangi atasannya dan mengeluhkan hal yang sama. Dia hanya bisa terdiam saja dengan wajah bingung. Ada seorang laki-laki menepuk-nepuk pundak saya saat saya mengeluh. Ternyata itu atasan lain. Dia menjelaskan bahwa acara ini tidak ijin sehingga polisi tidak tau. Saa katakan padanya, kalaupun ijin, biasanya polisi justru melarang kami berdiskusi dengan alasan keamanan. Saya tambahkan, besok lagi jika ada diskusi seperti ini, polisi wajib melindungi kami, dan mengungsikan mereka yang melakukan kekerasan. Kekerasan itu melanggar aturan, diskusi itu dilindungi negara!" Dia terlihat tidak senang saya kritik namun dia kooperatir. Dia menyalami saya dan berkata, "besok lagi jika ada acara seperti ini, kita bekerjasama." Beberapa wartawan merekam kejadian itu.

 

  • Sekitar pukul 21.30 WIB

Setelah semua nampak aman, saya dan ketiga teman saya pulang dengan selamat. Semoga Irshad Manji dan kawan-kawan semua juga selamat dan tetap berani melawan kekerasan.

 

  • Pukul 21.30 hingga saya menulis postingan ini.

Banyak mentions di Twitter berisi cacian dan ucapan syukur atas kekerasan yang terjadi di LKiS tadi. Namun lebih banyak yang mendukung, mendoakan, dan turut memperjuangkan melawan kekerasan. Saya bersyukur. Kita harus bersyukur.

 

PS: Semua cerita di atas sesuai dengan pengelihatan dan pendengaran saya. Hal-hal yang belum pasti tidak saya tuliskan disini. Mohon lihat latar belakang, identitas, dan posisi saya sebelum menghakimi saya membuat cerita bohong atau berlebihan.