Uncategorized

Permohonan Maaf dari Saya Umat Islam

Mohon maaf jika ada umat Islam yang telah menyinggung bahkan menentang umat agama lain dalam beribadah. Mereka sekumpulan orang yang merasa paham Islam, padahal belum. Islamku tidak seburuk itu. Islamku adalah agama yang sebaik agamamu, sedamai agamamu, seindah agamamu. Tak ada sedikitpun yang berbeda dari kita, para pemeluk agama. Ini tanggung jawab kami sebagai umat Islam untuk menegur dan mengingatkan mereka. Sekali lagi, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga kita tetap berkawan.

Pets Adoption Night April - Tidak Sempurna

Semalam acara ini tidak sempurna. Banyak sekali kendala yang kami lalui, mulai dari cuaca yang tidak mendukung dan masalah teknis pada proyektor. Namun kami senang sekali. Dalam keadaan hujan seperti semalam, dalam keadaan proyektor yang tidak bisa connect, peserta yang datang ke acara ini bisa dikatakan banyak. Dharma maupun Savior sebagai penyumbang lagu dan Mbak Alya sebagai MC juga membuat acara ini menjadi makin meriah dan hangat. Apalagi kalo tidak hujan dan proyektor bisa menampilkan semua foto pets ya. :)
Kita tidak menyesalinya karena kita akan mengadakannya kembali bulan depan. Bersiap-siap dari sekarang para pecinta binatang, kita akan share info lagi, akan share pengetahuan lagi dari para ahli, akan share foto pets need adoption lagi, dan sebagainya. Semoga bulan depan kita lebih baik. See you next month! :)
Salam,
Pets Adoption Movement

Pets Adoption Night - World Stray Animals Day 4 April

Dulu bagi saya mencintai binatang itu hanya sebatas memberi makanan dan menyayanginya. Sekarang setelah saya berkumpul dengan berbagai komunitas pecinta binatang di Indonesia, saya baru sadar, mencintai binatang tidak hanya seperti itu. Kita harus memikirkan mereka lebih detail, lebih luas, dan dalam jangka panjang.
Kita mencintai binatang dengan membelinya lalu mengurusinya, namun kita tidak sadar kita telah menjadi bagian dari masalah over populasi dan makin banyaknya binatang terlantar. Salah satu penyebab adanya binatang terlantar adalah jual-beli binatang peliharaan dari breeder. Belum tentu pembeli benar-benar mau dan mampu mengurusi. Dan belum tentu pembeli tidak mengawinkannya lalu menambah lagi binatang peliharaan, dan akhirnya semua berujung pada binatang peliharaan yang tak diurusi, dibuang, menjadi terlantar.
Tepat tanggal 4 April 2012, adalah Hari Binatang Terlantar Dunia. Untuk menyambut hari itu, saya bersama Nocky, Aci, bersama Animal Friends Jogja dan Shelter Meces, mengadakan acara Pets Adoption Night:
Hari/Tanggal : Rabu, 4 April 2012 Pukul         : 18.00 -22.00 WIB Tempat       : Garden Juice, Jl. Kaliurang Km. 5 Blok C No. 26 Pogung Baru Jogja
Inti acara adalah memberikan ajakan untuk mengadopsi binatang peliharaan, info adopsi, syarat adopsi, dan share foto-foto binatang yang butuh diadopsi. Acara ini juga akan diramaikan dengan akustik oleh Savior dan Dharma.
Kita bersama menyelamatkan binatang terlantar! ;)
Salam,
Pet Adoption Movement
Denah Lokasi Acara:

Agama Kita Saat Ini

Katolik, Kristen, maupun Islam lahir di saat genting: manusia berubah menjadi setan, sebuah krisis kemanusiaan. Di zaman seperti inilah, agama-agama ini muncul mengajarkan ilmu kehidupan. Katolik muncul mengajarkan manusia untuk saling mengasihi. Kristen muncul mengajarkan manusia untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan. Islam muncul mengajarkan manusia pada keadilan dan logika. Agama-agama ini datang untuk manusia yang sedang membutuhkan pencerahan di masanya. Lalu sekarang?
Sekarang justru agama menjadi akar dari kegelapan, yaitu peperangan. Saling mencaci, saling membakar kitab, saling membunuh, saling menghancurkan demi agamanya. Padahal agama tak pernah meminta kita untuk membelanya. Agama hanya ingin menuntun manusia menjadi jiwa yang peduli terhadap dunia dengan tetap menggunakan logikanya. Itu saja. Sederhana tapi penting.
Lalu jika agama justru menjadi akar dari peperangan seperti sekarang, apakah akan muncul agama baru untuk memperbaiki jaman ini? Ya tentu saja, agama itu adalah saling mengingatkan. Dan hari ini teman saya Andrew Lumban Gaol mengirimkan poster ini kepada saya. Hari ini saya diingatkan. Kita diingatkan. Semoga setelah ini kitalah yang mengingatkan. PS: Poster ini gratis dan bisa diunduh disini. Tetapi bukan untuk kepentingan komersial. Use it only to raise awareness. Join the fun!

Anda Massery atau Lorch?

Foto yang diambil oleh Will Counts pada tahun 1954 di atas menggugah pagi saya. Seorang siswa kulit hitam, Elizabeth Eckford, yang sedang menuju gedung sekolah Little Rock harus mendengarkan berbagai cacian dari warga dan siswa lain mengenai rasnya yang dinilai tak pantas masuk sekolah. Salah satu perempuan kulit putih di belakangnya tampak sedang berteriak mencacinya penuh kebencian, namanya Hazel Massery.

Pada hari itu Eckford yang sudah menuju sekolahnya harus pulang karena dihalangi pasukan garda nasional perintah Gubernur Arkansas. Eckford tak dapat menahan tangisnya. Seorang reporter The New York Times, Benjamin Fine, merasa iba kepadanya. Ia lalu duduk di samping Eckford dan berkata, "Don't let them see you cry." Setelah itu, seorang wanita bernama Grace Lorch mendatanginya dan mengantarkan Eckford naik bus, sehingga membuat Eckford merasa aman.

Setelah kejadian itu, Lorch menjadi target bully selanjutnya. Dinamit sempat dilemparkan seseorang ke garasinya. Anak Lorch, Alice, menjadi korban bully di sekolahnya. Media mencacinya. Akhirnya keluarga Lorch menyadari mereka telah di-blacklist dan mereka memutuskan pindah ke Kanada. Lorch mendapatkan perlakuan buruk dari masyarakat hanya karena menolong gadis berusia 15 tahun yang sedang menangis.

Kejadian itu menjadi berbalik pada masa sekarang. Mereka yang dahulu membully kulit hitam, sekarang menjadi target bully masyarakat. Cacian juga berbalik arah kepada Massery. Ia akhirnya menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada Eckford lewat The Oprah Winfrey Show. Sementara Grace Lorch, yang dahulu mendapat perlakuan sangat buruk dari masyarakat, sekarang namanya menjadi sangat harum. Masyarakat memberikan apresiasi kepadanya.

Tahun 2008, 54 tahun kemudian, seorang kulit hitam bernama Barack Obama terpilih menjadi presiden AS. Sebuah sejarah besar yang menunjukkan diskriminasi terhadap kulit hitam sudah tiada. Ya jaman sekarang seakan-akan sudah berubah. Bahwa masyarakat sudah lebih terbuka dan penuh toleransi. Namun tidak. Jaman sekarang masalah diskriminasi kepada ras sudah selesai namun diskriminasi selanjutnya muncul. Berikutnya kepada kaum gay. Jamey Rodemeyer, seorang remaja gay 14 tahun dari New York berusaha keras selalu menghibur dirinya yang selalu dibully oleh teman sekolah dan komen-komen di blognya. Salah satu komen yang paling jahat yang pernah diberikan kepadanya adalah: "I wouldn't care if you died. No one would. So just do it :) It would make everyone WAY more happier!" September 2011 lalu, Rodemeyer ditemukan bunuh diri di rumahnya. Setelah kematiannya pun, kakak perempuan Rodemeyer masih saja mendapat cacian dari teman-temannya. Salah satunya, "We're happy Jamey's dead."

Suatu hari semua akan berbalik arah juga. Mereka yang sekarang menghina dan menghakimi kaum gay akan menjadi bahan cacian di masa datang. Namun masalah kebencian baru lainnya pun akan muncul, lalu selesai, lalu muncul lagi, lalu selesai, lalu muncul lagi, dan seterusnya. Ada apa dengan manusia? Mengapa jiwanya penuh kebencian, merasa yang paling normal, paling benar, sehingga berhak menghakimi orang lain yang terlahir tidak seperti kebanyakan orang?

Tapi pertanyaan utama saya bukan itu. Pertanyaan saya untuk hati Anda yang paling dalam, seperti siapakah jiwa Anda? Seperti Hazel Massery atau Grace Lorch? Jika Anda sadar selama ini Anda bertindak seperti Hazel Massery, tunggu saja, 50 tahun lagi atau kurang dari itu, semua akan berbalik dan Anda akan menyesalinya. Sejarah telah membuktikannya. Maka berhenti mengurusi dan menghakimi kehidupan orang lain yang tak pernah merugikan kehidupan kita.

Postingan terkait: Dian Paramita - Gay Dian Paramita - A Mother of Gay

Perokok dan Jiwa Egoisnya

Saya bukan perokok tapi saya tidak membenci rokok. Sudah terlalu biasa hidung saya mencium asap rokok. Orang meributkan efek samping dari merokok. Banyak cewek melarang cowoknya merokok agar tidak sakit. Entah mengapa, urusan ini saya cuek saja.
Namun fakta bahwa perokok itu egois memang benar. Mereka seperti membuang hajat dimana-mana tanpa mempedulikan ada yang akan menginjak hajatnya dan baunya akan menempel sepanjang hari. Kadang lebih egois lagi saat berkumpul dengan teman-temannya, perokok meminta untuk duduk di tempat smoking area yang panas dan sesak. Semua yang mereka lakukan hanya untuk merokok. Memuaskan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan orang lain.
Saya tak begitu mempedulikan hal ini sebelumnya sampai ada suatu kejadian. Malam itu saya nongkrong dengan segerombolan teman-teman saya yang mayoritas merokok. Saya tidak mempedulikan asap mereka. Saya terus asyik ngobrol dengan teman yang duduk di samping saya. Saat sedang asyik mengobrol, dia mengambil bungkus rokoknya dan hendak menghidupkannya. Tiba-tiba dia hentikan niatnya, lalu bertanya kepada saya, "kalo aku merokok, kamu keganggu dengan asapnya nggak?" Dengan asal saya jawab, "iya." Saat itu juga ia masukan rokoknya kembali ke bungkusnya, ia letakkan meja, dan mengobrol dengan saya lagi. Saya kaget. Tak pernah saya bertemu perokok yang toleran seperti dirinya. Bahkan ia lebih menghargai waktu untuk mengobrol dengan saya daripada pergi menjauhi saya untuk menghirup rokoknya. Mengesankan. Saya tak akan pernah melupakan kejadian sederhana itu.
Terima kasih ya Kuring. Kamu berbeda dengan perokok yang lain.

Sustainable Palm Oil in Indonesia

I studied economics in Universitas Gadjah Mada. Every international economy class there is always a discussion about the palm oil production and its positive impact on the economy of Indonesia. At the same time I read the news about the oil palm companies are deforesting, slaughtering orangutans and other animal, as well as creating a conflict with local people who live around palm oil plantations.
How to encourage sustainable production of palm oil in Indonesia and continues to stimulate the economy, without any deforesting, animal slaughtered, and creating conflicts with local people? A tough question? Not really. Because the causes of the negative impacts of oil palm production is simple: laws and our government. Palm oil producers would not dare to open palm oil plantations in the region which is prohibited if the Indonesian government and the law firm forbids them. But it did not happen. Documentation Trans 7 highlights the trucks carrying the palm out of the Forest Protection Area in Kalimantan Tengah. In other words, they change the protected forest area for palm oil plantations. How could this happen? Because the law and the government let them or even give them permission.
So the sustainable palm oil will give more benefits to Indonesia if the government is able to act fairly and firmly to the palm oil business. If the government is not able to implement it, then it is we who should prosecute them to proceed. Remember, we live in a country with freedom of speech. It's our right to speak out our opinion, continue oversee the government and make the better Indonesia.

Mengomentari Mereka yang Sedang Menolong

Indonesia sedang membutuhkan pertolongan kita. Banyak masalah sehingga banyak yang harus ditolong. Bersama teman-teman, kami berusaha menolong semampu kami, sesuai yang kami pikir baik dan sesuai dengan kemampuan kami.
Namun tidak sedikit orang mengomentari aksi kami. Saya tidak masalah untuk dikritik. Kritikan itu baik. Namun kritikan itu berbeda dengan komentar. Kritikan sifatnya serius, ucapannya sudah dipikirkan terlebih dahulu secara luas, dan untuk sesuatu yang lebih baik. Sementara komentar, bagi saya sifatnya lebih asal, tanpa memikirkan ucapannya, tidak memikirkan masalah secara luas.
Saya beri beberapa contoh. Saat saya dan teman-teman saya membuat aksi Peduli Merapi, kami mengumpulkan dana lewat Twitter, kami belanjakan untuk kebutuhan pengungsi, kami foto kegiatan belanja hingga kegiatan penyaluran bantuan ke pengungsian dan kami share di Twitter. Lalu muncul komentar,

Halah, membantu aja pake di-share di Twitter. Bantu ya bantu ga usah pake pamer.

Tahukah dia bahwa share di Twitter itu bentuk pertanggung jawaban kami kepada para donatur karena kami sedang memegang uang mereka yang mereka percayakan untuk membantu pengungsi korban Merapi? Tega sekali menyebut kami pamer.

Itu detergennya kenapa yang itu? Itu kan ga ramah lingkungan!

Tahukah dia betapa kacaunya keadaan di Jogja saat itu? Bahwa keadaan di supermarket saat itu sangat hiruk pikuk. Banyak sekali relawan yang datang ke supermarket untuk membeli barang kebutuhan pengungsi. Kami tidak memiliki waktu untuk berdiri di depan rak detergen, membaca satu-satu mana yang ramah lingkungan mana yang tidak. Atau waktu untuk mengembalikan puluhan deterjen yang sudah masuk keranjang belanjaan untuk ditukar dengan detergen yang ramah lingkungan.
Sama juga saat saya membuat kampanye Mengenang Munir. Saya memang melakukannya sendiri tanpa team, tetapi saya banyak dibantu oleh beberapa celeb yang membantu meramaikan, media yang membantu memberitakan, pihak-pihak yang membantu menyediakan venue dan sound system gratis. Satu-satu saya beri ucapan terima kasih sesuai bantuan mereka melalui Twitter. Lalu muncul komentar,

Terima kasih terima kasih. Njuk koe mbantu opo? (Terima kasih terima kasih. Lalu kamunya bantu apa?)

Bingung. Saya sebagai inisiator dan penyelenggara kampanye justru ada yang menanyakan seperti itu. :(
Dan terakhir, pada kampanye Save Orangutans, yang saya dan teman-teman selenggarakan untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai kasus pembantai orangutan. Saat saya dan para celeb sedang beramai-ramai tweet tentang isu ini, muncul komentar,

Kenapa baru sekarang membuat kampanye seperti ini? Orangutan udah dibantai dari dulu!

Baru sekarang karena isu ini muncul di hadapan saya baru sekarang. Maka saya tergerak sekarang. Jika dari dulu saya tau, dan daridulu saya memiliki kemampuan seperti sekarang, saya tentu melakukannya sejak dulu.

Lalu bagaimana dengan penyu? Bagaimana dengan harimau? Kok cuma orangutan?

atau

Seharusnya kita menentukan skala prioritas. Manusia lebih prioritas.

Bagi saya, nyawa milik manusia, binatang, dan tumbuhan itu semua prioritas. Namun karena keterbatasan saya, saya tidak mampu memprioritaskan mana yang harus saya tolong terlebih dahulu. Saya ingin sekali menangani kelaparan di Indonesia, atau menangani seluruh binatang yang diperlakukan tidak etis di negri ini, atau menangani hutan-hutan yang dibabat habis oleh perusahaan sawit. Tapi saya bukan presiden, tentu saya tidak mampu menangani semua itu. Kemampuan saya belum pada level itu. Yang saya bantu sekarang adalah yang sesuai kemampuan saya. Sekarang level kemampuan saya untuk menolong para orangutan yang dibantai. Bukan pilih kasih, ini hanya masalah keterbatasan.
Tetapi jika Anda merasa ada makhluk hidup lain selain orangutan yang butuh pertolongan, kenapa tidak Anda lakukan? Anda tentu akan mendapatkan dukungan dari saya dan semua orang. Kenapa tidak memulainya? Ayo bersama-sama kita membantu Indonesia di segala kasus. Kemampuan masing-masing dari kita memang terbatas, namun jika bersatu akan luar biasa. Dan saya memohon agar Anda terjun dan lakukan sesuatu jika Anda merasa ada yang membutuhkan.
Dari segala macam komentar yang pernah datang, saya menjadi belajar kemampuan memilah kritik dan komentar, mana yang yang harus dijawab dan mana yang harus diabaikan. Saya juga mendapat pelajaran bahwa apapun masalah yang dihadapi saat berusaha menolong, jangan sampai mengganggu tujuan utama kita menolong mereka yang membutuhkan. Tulisan ini dedikasikan untuk membesarkan hati mereka yang sedang berusaha menolong tetapi sering menerima komentar kurang baik.