Uncategorized

Undangan Lets #SaveOrangutans, 20 Desember 2011

Ada pembantaian terhadap orangutan di Kalimantan. Orangutan ditangkap, dipukuli hingga mati, lalu mayatnya dimutilasi. Berita mengatakan hal ini dilakukan karena orangutan dianggap hama sawit. Padahal sebenarnya mereka masuk ke perkampungan warga karena habitat mereka diambil untuk dijadikan kebun sawit. Warga yang berhasil menangkap orangutan hidup atau mati, akan diberi upah sebesar 500 ribu hingga 2 juta rupiah. Akibatnya, jumlah populasi orangutan di Indonesia semakin menurun, padahal orangutan merupakan salah satu hewan endemik Indonesia dan hanya ada di Indonesia. Jika hal ini terus dibiarkan berlanjut, status orangutan yang sudah hampir punah dapat segera berubah menjadi punah.
Kami ingin membuat masyarakat sadar dan turut peduli mengenai hal ini. Sehingga kami ingin membuat sebuah event agar dapat menyebarkan berita menyesakkan ini, agar kita bisa bersama-sama membantu orangutan. Untuk itu kami mengundang teman-teman untuk data pada Kampanye #SaveOrangutans,
Hari, Tanggal : Selasa, 20 Desember 2011 Waktu                : Pukul 19.00 - 21.00 WIB Tempat              : @america, Pasific Place, Lantai 3, Jakarta
Dengan pembicara antara lain Chairul Saleh (WWF), Rini (BOSF), Yolinda (Wartawan Trans 7), Arian (Musisi/Aktivis Orangutan). Yang akan dimoderatori oleh Marischka Prudence.
Isi acaranya antara lain memberikan fakta mengenai pembantaian orangutan di Kalimantan, tentang bagaimana keadaan orangutan, dan bagaimana cara menyelamatkannya. Di akhir acara akan diadakan pengumpulan sumbangan untuk penyelamatan orangutan.
Ketika event ini disusun konsepnya, kami membutuhkan venue sesuai acara dan akhirnya kami menemukan @america sebagai partner venue. Kami mengucapkan terima kasih banyak karena @america bersedia membantu menyediakan venue untuk acara ini. :)
Can't wait to meet you guys and let's help our orangutans! :)
PS: Venue tidak begitu besar sehingga siapa cepat, bisa masuk. Jika sudah penuh, ga bisa masuk. :D

Terima Kasih Sondang Hutagalung

Sondang Hutagalung, mahasiswa muda Universitas Bung Karno, yang nekat membakar dirinya tepat di depan Istana Merdeka Jakarta, Rabu, 7 Desember 2011 lalu. Ia meninggal dunia 3 hari setelah aksinya, Sabtu, 10 Desember 2011.

Sesaat setelah saya mengucapkan bela sungkawa terhadap kematian Sondang, ada seorang teman bertanya, "menurut kamu, aksi Sondang itu sebuah aksi kepahlawanan atau ketololan?" Saat itu saya merasa belum mampu mengomentari aksi Sondang. Too early for that. Saya merasa harus diam dulu. Mencermatinya dahulu.

Saya mulai membaca komentar-komentar masyarakat mengenai aksi Sondang. Banyak yang memuji dan menghormati aksi Sondang, tapi tak sedikit yang memberi komentar negatif dan kecewa.

Itu bukan aksi kepahlawanan. Itu aksi ketololan. Kenapa harus bunuh diri? Sondang masih bisa berguna untuk negri ini jika dia masih hidup. Apa dia tidak kasihan dengan keluarga dan teman yang dia tinggal?

Secara logika saya setuju. Namun hati kecil saya tidak setuju. Hati kecil saya mengatakan aksi Sondang tidak sia-sia. Aksi Sondang justru bermakna sangat dalam. Ia pantas disebut pahlawan karena aksinya. Namun saat itu saya tidak mampu menguraikan isi hati saya dengan kata-kata yang tepat.

Sampai akhirnya saya menemukan komentar insensitive,

Sondang itu frustasi.

Saya ikut sakit hati untuk Sondang karena komentar ini. Saya terpukul dan tak tahan untuk berdiam lebih lama. Saya merasa harus serius membelanya. Saya niatkan itu. Butuh waktu untuk memahami hati kecil saya, sehingga saya bisa mampu mengutarakan dengan kata-kata yang tepat. Sore ini saya berhasil memahaminya.

Kita telah memandang sebuah perjuangan dengan sempit. Bahwa perjuangan itu harus ada bentuk fisiknya, bisa dilihat, bisa dirasakan secara jelas, bisa langsung dimanfaatkan rakyat. Apakah perjuangan hanya sebatas itu? Tidak. Menyadarkan rakyat bahwa negara ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan adalah sebuah perjuangan baru.

Tepat pada Hari Hak Asasi Manusia, hal yang selalu Sondang perjuangkan, ia meninggal dunia. Namun kematiannya telah berhasil menunjukkan kepada dunia betapa prihatinnya Indonesia kita. Dia berhasil membuat kita terpukul, ada seorang anak bangsa yang membakar dirinya sendiri di depan istana negara untuk menunjukkan kekecewaan dan kemarahannya terhadap perlakuan pemerintah Indonesia atas rakyatnya. Ia mengorbankan nyawa dan meninggalkan keluarganya untuk sebuah niat memperbaiki negri ini. Perjuangan memang membutuhkan pengorbanan.

Mungkin ada banyak yang mengatakan aksi Sondang adalah aksi pesimis terhadap bangsa ini. Saya tidak setuju. Justru ini adalah aksi optimis. Mereka yang pesimis adalah mereka yang masa bodoh, tidak peduli dengan nasib bangsanya, dan memilih untuk peduli pada dirinya sendiri. Mereka yang pesimis adalah mereka yang tidak peduli bagaimana jalannya negara ini, asalkan ia masih bisa makan enak dan hidup tenang. Karena mereka yakin, apapun yang mereka lakukan tak akan merubah Indonesia. Sondang tidak pesimis. Saking cintanya ia kepada bangsa ini, saking sakit hatinya dia merasakan korban-korban pelanggaran HAM di negara ini, ia merelakan nyawanya untuk menunjukkan hal itu kepada kita. Sondang optimis bahwa bangsa ini masih bisa berubah menjadi bangsa yang lebih baik, jika ada yang mengingatkan. Sondang telah mengingatkan kita. Kita harus berubah. Inilah perjuangan baru.

Atas apa yang saya pahami sore ini, saya tak rela aksi Sondang dikatakan sia-sia, tak berguna, atau bahkan tolol. Aksinya jauh dari itu. Apa yang Sondang rasakan, seharusnya juga kita rasakan. Saya ingin kita menghormatinya atas perjuangnnya. Terima kasih Sondang, atas jasamu mengingatkan kita untuk mengubah bangsa ini dari kondisi yang memprihatikan. Salam untuk Tuhan yang berada di sampingmu sekarang. ;)

PS: I wish I knew you.

Kasus Kematian Sadis 3 Anjing St. Bernard oleh Johanes Indrajaya

Jumat, 4 Februari 2011, 4 anjing St. Bernard milik Christina diangkut oleh Johanes Indrajaya, pemilik jasa pengiriman hewan, Planet Petshop. Ia yang dipercaya memiliki pengalaman dalam mengirimkan binatang hidup ke luar kota telah memasukkan 2 anjing St. Bernard ke dalam sebuah kandang yang lebih kecil dari ukuran 1 anjing St. Bernard. Tanpa memberi mereka minuman dan justru menutupi lobang-lobang kandang dengan lakban, selama 15 jam 4 anjing itu dikirim dengan kereta Jakarta-Jogja. Keesokan harinya, 3 dari 4 anjing itu mati mengenaskan. Darah keluar dari mata, hidung, dan telinga mereka. Menurut dokter yang memeriksa, anjing-anjing itu kekurangan oksigen sehingga paru-paru mereka pecah.

Karena Christina menceritakan kasusnya di Kaskus lalu menjalar ke Twitter, kasus ini menjadi semakin diketahui masyarakat. Mereka ikut marah. Christina didukung untuk membawa kasus ini ke pengadilan. Didampingi Todung Mulya Lubis sebagai kuasa hukumnya, Christina menuntut Johanes. Tuntutan Christina inilah yang menjadi sangat penting. Ia menuntut kerugian 90 juta rupiah dan kerugian imaterial sebesar 1 milyar rupiah. Jika pengadilan mengabulkannya, Christina akan menyerahkan semua hasil tuntutannya ke yayasan dan organisasi peduli hewan di Indonesia.

Namun yang lebih penting lagi, jika tuntutan Christina dikabulkan pengadilan, Indonesia mencatat sejarah baru, bahwa penyiksaan binatang tidak dapat ditolerir lagi di negara ini. Bahwa negara ini telah melindungi kesejahteraan binatang. Ini akan membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih berhati-hati dalam memperlakukan binatang.

Update Kasus:

  • Sidang pertama, 21 November 2011, Johanes maupun kuasa hukumnya tidak datang.
  • Sidang kedua, 12 Desember 2011, Johanes terlihat (ada bukti foto) sedang makan di J.Co Gadjah Mada Plaza. Ia akhirnya datang 15 menit sebelum sidang ditutup.
  • Johanes mengancam akan menuntut balik soal pencemaran nama baik.

Risa Amrikasari dan Tanggung Jawab Blogger

Tulisan ini telah diupdate. Silahkan scroll ke bawah. Kemarin sore (23/11), Risa Amrikasari mengkritik blogger peserta ASEAN Blogger Conference (ABC) Bali yang tidak melaporkan acara itu dalam postingan blog. Menurutnya, blogger yang sudah dibayari ke Bali punya tanggung jawab untuk posting blog mengenai ABC Bali.

Mungkin ia mengira semua blogger peserta ABC Bali bisa dibeli dengan tiket pesawat. Maaf, kami tidak seperti itu.

Sejak kapan ada aturan blogger bertanggung jawab  posting mengenai acara yang mereka datangi? Walaupun para blogger peserta ABC Bali sudah dibayari ke Bali untuk ikut konferensi ini, mereka tidak memiliki tanggung jawab untuk menulisnya di blog masing-masing.

Tanggung jawab blogger adalah menulis yang ingin mereka tulis. Kalaupun ada blogger yang posting berbayar, pasti melalui kesepakatan tertulis. Itu baru yang disebut tanggung jawab blogger. Risa sepertinya tidak tahu akan hal ini dan terus-menerus menagih tanggung jawab blogger peserta ABC Bali. Padahal blogger tak memiliki tanggung jawab itu. Bahkan panitia pun tidak meminta itu.

Saya dan teman-teman blogger peserta ABC Bali disamakan dengan anggota DPR yang hanya ingin jalan-jalan ke luar negeri? Ini lucu sekali. Tambah lucu lagi, dia menagih tanggung jawab blogger, padahal dirinya sendiri jauh dari bertanggung jawab saat bekerja menjadi moderator di ABC Bali. Let me tell you the story.

Rabu, 16 November 2011, diselenggarakan ABC di Nusa Dua Bali. 100 blogger dari daerah dan negara-negara ASEAN diundang untuk mengikuti konferensi ini. Acara dimulai pukul 09.00 WITA dengan sesi pertama oleh Pak Haz Pohan. Namun moderator yang dijadwalkan untuk sesi itu—yang belakangan saya tahu namanya adalah Risa Amrikasari—tidak kunjung datang. Dari panitia, saya mengetahui Risa terlambat karena tidak memiliki ijin masuk kawasan Nusa Dua, tempat diadakannya ABC, yang saat itu juga menjadi kawasan KTT ASEAN. Akhirnya sesi Risa digantikan oleh Mbak Chic. Risa terlambat 2 jam.

Sementara itu, melalui akun Twitternya, Risa memaki-maki petugas keamanan di Nusa Bali yang tidak memperbolehkan dirinya memasuki kawasan itu. Bukankah justru itu yang benar? Nusa Dua sedang dihadiri petinggi dunia untuk KTT ASEAN sehingga sudah sewajibnya dijaga super ketat. Jika orang biasa seperti Risa, tanpa ijin begitu saja diperbolehkan petugas keamanan untuk memasuki kawasan itu, justru itu yang salah.

Kemarin malam, Risa terus menyebutkan di Twitter, bahwa ia terlambat akibat EO ABC yang kacau dalam mengurusi akses masuk orang-orang ke venue acara.

Beberapa jam setelah itu, salah satu panitia ABC, Mbak Wiwik, akhirnya menjelaskan keterlambatan Risa lewat akun Twitternya (@wiwikwae) kepada akun Twitter Risa (@RisaHart).

"Mbak Risa yang baik, saya perlu meluruskan soal keterlambatan Anda yang saya lihat makin absurd saja bahasannya. Dalam hal ini sayalah orang yang tahu kondisi sebenernya. Jatah Anda sebagai seorang moderator adalah sekitar jam 9-an pagi. Idealnya Anda sudah harus ada di lokasi sebelum jam tersebut. Tapi sampe sesi Anda sudah diganti teman yang lain, saya baru dapat kabar tentang Anda, itu sekitar jam 10-an lebih. Kabar tentang Anda yang ga bisa masuk karena ga punya pass. Telpon Anda itu masuk berbarengan dengan telponnya Mike Orgill yang juga ketahan di gate. Saya yang mengirim sopir untuk menjemput kalian berdua. Mike Orgill dapat jatah jam 3 sore dan dia sudah hadir jam 11 berbarengan dengan Anda yang dapat jatah tampil jam 9 pagi."

"Sebagai orang yang saya yakin punya dedikasi tinggi, Anda pasti tahu seharusnya sudah ada di lokasi jam berapa. FYI, venue yang dihadiri oleh VIP dan VVIP itu pasti akan steril. Tidak sembarang orang bisa masuk. Ada banyak screening yang harus dilakukan." Tweet Mbak Wiwik ini sudah dibalas oleh Risa dengan menambahkan keterlibatan Mbak Ajeng (@ajengkol). Dan hingga pagi ini mereka masih saling balas mention. Silahkan dicek.

Setelah telat 2 jam tersebut, akhirnya Risa masuk ruangan ABC. Saya dan Mbak Dita melihat, dia langsung menuju ke Pak Haz Pohan yang duduk di barisan paling depan. Risa bersalaman dengan Pak Pohan dan berdiri cukup lama untuk ngobrol di depan para peserta konferensi. Padahal saat itu, Cyra, blogger dari Filipina, sedang sharring mengenai Filipina di depan para blogger lain. Karena Risa dan Pak Pohan berdiri menutupi Cyra yang sedang berbicara di depan, Cyra sampai memilih stop berbicara dan menunggu 2 orang itu selesai ngobrol. Saya hanya geleng-geleng kepala menonton kejadian itu. Saya dipermalukan. Orang Indonesia seperti tidak memiliki sopan santun.

Setelah Cyra selesai berbicara lalu duduk di samping saya, saya meminta maaf kepadanya. Saya bilang, "most of Indonesian people aren't like that." Untunglah Cyra mempercayainya.

Awalnya saya menahan untuk tidak menanggapi keterlambatan dan perilaku tidak sopan Risa terhadap peserta blogger ABC ini. Namun sekarang justru dia menagih tanggung jawab blogger ABC, yang sebenarnya tidak memiliki tanggung jawab kepada ABC. Sampai menyamakan blogger peserta ABC dengan anggota DPR yang memakai uang rakyat untuk jalan-jalan ke luar negri. Sungguh kelewatan. Tapi saya paham, dia tidak tahu banyak mengenai blogging.

Anyway, inilah blogging. Blogging itu menulis apa yang ingin ditulis. Bukan tanggung jawab seorang blogger untuk menulis mengenai acara yang mereka hadiri, kecuali blogger itu telah sepakat di atas kertas. Semoga tidak ada lagi orang di luar blogger, yang tidak paham blogging, memandang blogger serendah tiket pesawat.

Update 26 Nov 2011:

Risa membantah Mbak Wiwik dengan membalas tweet Mbak Wiwik. Dia mengatakan, dalam undangan lewat email yang dikirimkan Mbak Ajeng, dia sudah minta detail yang harus dilengkapi namun tidak ada informasi apa pun dari panitia melalui email itu. Dia juga mengaku, karena jatah jam 9 itu lah dia sudah menghubungi Mbak Ajeng untuk konfirmasi dan sudah berangkat sejak pukul 7.30.

Ia mengaku terlantar selama 3 jam dari gerbang ke gerbang dan diusir oleh penjaga karena tidak ada akses. Kontak satu-satunya adalah Mbak Ajeng. Ia menghubungi Mbak Ajeng, sampai Mbak Ajeng datang, membawa sticker, tapi hanya 1 ID. Mobil mereka pun diusir lagi, termasuk mobil Mbak Ajeng sendiri. Lalu ID + stiker diantar panitia yang juga akan mengirim untuk Mike Orgill (salah satu pembicara di ABC). Mereka mencoba masuk lagi namun kembali diusir karena tidak ada fotonya. Alternatif pintu lain dipilih tapi diminta menepi karena masalah ID tanpa nama + foto. Akhirnya mereka diijinkan masuk.

Ia meminta Mbak Ajeng konfirmasi kenapa Mbak Ajeng tidak menghubungi panitia lain pada saat emergency tersebut. Ia pun menyalahkan panitia yang tidak memberikan akses masuk sebelum hari H dan panitia yang tidak menghubunginya jika memang keterlambatannya menjadi masalah.

Namun pengakuan Risa dibantah lagi oleh Mbak Wiwik. Dalam tweetnya Mbak Wiwik memberi kesaksiannya di lapangan. Menurut Mbak Wiwik, Risa memberi kabar pada pukul 10 an lebih dan Mbak Ajeng juga menelponnya bahwa Risa tidak dapat pass. Menurut Mbak Wiwik, bukan hanya Risa saja yang tidak bisa masuk karena tanpa pass, Mike Orgill dan beberapa usher juga mengalami hal yang sama. Tapi yang membedakan Risa dengan mereka adalah kedatangan mereka lebih awal dari jam kerja dan menelpon panitia saat sampai gate. Jadi meski mereka juga ketahan di gate, mereka tidak mengalami masalah keterlambatan. Sebagai contoh Mike Orgill,  yang juga dilarang masuk, namun dia langsung menelpon panitia, panitia menjemput, dan masalah beres. Karena dia datang pukul 11, 5 jam dari jatah tampil  yaitu pukul 3.

Timeline Kasus Pembasmian Anjing Palembang untuk Sea Games XXVI

Berikut timeline kejadian pembasmian anjing di Palembang dengan racun oleh pemerintah Palembang atas alasan rabies dan Sea Games XXVI. Disini lebih banyak menuliskan bagaimana Fauna Welfare memperjuangkan para anjing Palembang, dealing dengan pemerintah sana, dan beberapa berita terpercaya dari Sumatera Ekspres, Sriwijaya Pos, Detik, hingga Kompas. Maksud penulisan timeline di bawah ini untuk menunjukkan bahwa berita ini benar, bukan hoax, berita ini bukan untuk menghina masyarakat Palembang, atau bahkan untuk menggagalkan Sea Games. Berita ini hanya untuk menggagalkan rencana pemerintah Palembang untuk membasmi anjing liar-terlantar dengan racun.

Senin, 24 Oktober 2011

  • Ketua Fauna Welfare, Dina Artha, mendapat kabar dari teman-temannya dari Palembang Sahabat Satwa, bahwa terjadi pembunuhan anjing liar dengan menyebarkan daging beracun di Pagaralam. Pembunuhan anjing liar ini terjadi akibat over populasi dan memberantas rabies dijadikan sebagai alasan.
  • Mbak Artha mencari berita ini di Google dan benar, sejak April 2010 sudah mulai diberitakan di surat kabar lokal menyebutkan, untuk menyambut Sea Games 2011, Sumatera Selatan bebas rabies.
  • Berita terbaru didapatkan dari Sumatera Ekspres tanggal 19 Oktober 2011 bahwa memang terjadi pembunuhan anjing yang berkeliaran di Pagaralam, Sumatera Selatan dengan menyebarkan daging beracun. Selain untuk mengurangi populasi anjing dan antisipasi kemungkinannya menularkan kepada manusia, pembunuhan anjing liar ini juga untuk menyambut Sea Games XXVI.
  • Hal ini dibenarkan oleh Kepala Dinas Perternakan dan Perikanan Kota Pagaralam, drh Syukri MSc. "Kegiatan ini juga dalam rangka mendukung dan menyukseskan event Sea Games yang tinggal beberapa minggu ini," katanya seperti yang dikutip di koran tersebut.
  • Setelah membaca berita itu, Mbak Artha baru yakin bahwa ini bukan isu melainkan fakta karena sudah dibenarkan oleh Kadisnak Pagaralam di media terpercaya. Lalu ia membuat Facebook group "Boycott SEA GAMES 26th Indonesian Dogs and Cats Murder" dan mulai share beberapa photo pembasmian anjing yang terjadi di Pagaralam.

Selasa, 25 Oktober 2011

  • Mbak Artha langsung pergi ke Palembang untuk melihat sendiri keadaan disana bersama ketiga orang temannya yang bernama drh. Arsentina Panggabean (penasehat Yayasan FaunaWelfare & ketua PDHI DKI Jakarta), drh. Nyomie (penanggung jawab Fauna Welfare), dan drh. Amir Mahmud (ketua Bidang Litbang PDHI DKI Jakarta).
  • Mbak Artha kesana untuk menangkap, vaksin, dan steril para anjing sebelum diracun pemerintah sana, lalu membawanya ke shelter yang sebenarnya sebuah rumah yang ia sewa di Palembang.
  • Berita ini menjadi panas di Twitter. Banyak yang menyesalkan dan marah menanggapi tindakan pemerintah ini. Ada yang turut menyumbangkan dana ke Fauna Welfate untuk biaya menyewa rumah shelter, obat-obatan, makanan anjing, kadang dll. Ada juga yang menghubungi saya menanyakan bagaimana caranya agar bisa ikut menjadi relawan Fauna Welfare di Palembang sana. Bahkan Jerinx dari Superman is Dead langsung menghubungi saya untuk konfirmasi kejadian ini dan bersama teman-teman musisinya berencana membuat konser amal "In Dog We Trust" di Bali, esok harinya.
  • Berbagai tweet, retweet, dan hashtag negatif yang berhubungan dengan pembantaian anjing Palembang dan Sea Games terus muncul di timeline Twitter. Salah satunya hashtag #StopKillingDogsForSeaGames
  • Tetapi tidak sedikit yang marah karena merasa ini hanya isu yang ingin menjatuhkan Sea Games Indonesia, alias hoax. Ada yang mengatakan Pagaralam itu jauh dari Palembang dan tidak dipakai untuk lokasi Sea Games. Ada yang juga mengatakan bahwa di Palembang jarang ada anjing liar. "Emangnya kamu di lapangan dan melihat sendiri? Kalo ngomongin Palembang, lihat dulu dong keadaan disini!" kata salah beberapa follower saya yang menyangsikan berita ini.

Pertama, ini bukan isu, karena sudah menjadi berita resmi yang bisa dipertanggung-jawabkan oleh media Sumatera Ekspres tanggal 19 Oktober 2011. Dalam berita media tersebut, Kepala Disnakan, Syukri, sendiri mengatakan bahwa pembasmian anjing di Pagaralam ini untuk Sea Games. Bahkan setelah berita ini menjadi panas di Twitter, Kompas pun mengeluarkan berita yang serupa, "Sukseskan Sea Games, Anjing Liar Dibasmi." Dalam berita tersebut, Kepala Dinas Perternakan dan Perikanan Sumatera Selatan, Ir Asrillazi Bin HM Rasyid (kita sebut saja Pak Asri) membenarkan bahwa pembasmian anjing di salah satu lokasi dilaksanakannya Sea Games, Jakabaring, ini juga untuk menyukseskan Sea Games.

Kedua, Mbak Artha datang ke Palembang dan melihat sendiri. "Siapa bilang di Palembang jarang ada anjing liar? Saya disini dan melihat sendiri, banyak anjing terlantar, bukan liar, yang baru keluar setelah tengah malam. Mereka berada di daerah pasar, timbunan sampah, untuk mencari makanan." katanya di telepon kepada saya. Mbak Artha pun lalu merawat para anjing-anjing liar tersebut di shelter-nya untuk disterilkan lalu divaksin.

  • Ada teman BBM saya mengatakan bahwa ia kenal panitia Sea Games, mereka bilang tidak tau menahu soal ide pembantaian anjing Palembang untuk Sea Games ini. Mereka justru sedang mengusahakan sekuat tenaga untuk menyukseskan Sea Games namun bukan dengan pembantaian anjing. Sayang sekali, pernyataan ini hanya dari mulut ke mulut. Bukan pernyataan di media yang bisa dipertanggung-jawabkan. Saya menyarankan mereka membuat pernyataan di media bahwa panitia Sea Games tidak pernah berencana membasmi anjing untuk acara tersebut. Namun sayang, katanya ada banyak sekali tugas yang harus dilaksanakan. Mereka tidak ada waktu menanggapi berita ini.
  • Hashtag negatif tentang pembantian anjing dan hubungannya dengan Sea Games terus muncul.

Selasa sore, 25 Oktober 2011.

  • Mbak Artha datang menemui Kepala Dinas Pertenakan dan Perikanan Sumatera Selatan (Kadisnak), Asrillazi Rasyid. Awalnya beliau tidak mau menemui Mbak Artha padahal terlihat mobilnya di parkiran. Namun akhirnya beliau bersedia menemui, setelah Mbak Artha menawarkan bantuan relawan untuk menangkapi anjing, memberikan vaksin dan steril, asalkan rencana peracunan anjing liar dibatalkan. Perlu diketahui, tidak semua anjing terlantar di jalanan terkena rabies, maka tidak harus dibunuh. Yang terkena rabies, harus diobservasi agar dipastikan memang rabies. Para anjing terlantar hanya perlu ditangkap (trap), divaksin (vaccine), disterilkan (neutered), lalu baru dilepaskan (release) atau ditangkar untuk dilakukan proses adopsi.

Dalam pertemuan ini,  sebagai Kadisnak, Pak Asri menyatakan keprihatinannya atas terjadinya kegiatan pembasmian anjing di wilayah kotamadya atau kabupaten. Hal tersebut terjadi akibat kurangnya informasi atas penanggulangan rabies dan kurangnya koordinasi antar dinas. Beliau berjanji melakukan pembenahan dan rekoordinasi antar dinas untuk menghentikan aksi pembantaian. Tetapi beliau sendiri menyatakan tidak pernah memberikan perintah untuk eliminasi tersebut. Dirinya mengaku kaget sekali ketika ditanya oleh Menpora perihal adanya penyebaran photo mayat anjing mati berjejer di bumi Sriwijaya. Sepenuhnya dinas akan membantu untuk melakukan program vaksinasi, sterilisasi, bersama dengan Fauna Welfare dan masyarakat. Setelah diskusi panjang ini,  Pak Asri akhirnya setuju membatalkan pembasmian anjing disana dengan syarat dibantu Fauna Welfare.

Yang lucu di kejadian ini dan tidak banyak diketahui publik adalah setelah diskusi panjang tersebut, keluarlah berita dari Detik,"Jelang Sea Games, Tidak Ada Pembantaian Anjing Liar di Palembang." Menurut Mbak Artha, berita itu ngawur. Pertama, ia melihat sendiri di Palembang banyak anjing liar. Kedua, dalam berita tersebut Pemda menyangkal adanya rencana pembasmian anjing. Mbak Artha yakin, pernyataan Pemda tersebut baru ada setelah berdiskusi dengan Fauna Welfare, yang artinya awalnya Pemda berencana membasmi anjing liar namun karena permohonan Fauna Welfare, mereka baru bersedia mengatasinya dengan cara yang lebih baik. Mbak Artha menyayangkan media Detik yang hanya membuat berita dari satu sudut pandang saja.

Namun yang paling lucu saya temukan adalah pernyataan Kadisnak Pak Asri yang mengatakan kaget saat ditelpon Menpora tentang adanya berita pembasmian anjing dan pernyataan beliau kepada relawan kesejahteraan satwa, Drh Amir Mahmud, yang membantah melakukan eliminasi anjing, seperti yang dikutip Kompas (27/10) "Jaminan Tak Eliminasi Anjing Disambut Gembira." Padahal, di berita Kompas sebelumnya Pak Asri sendiri yang membenarkan berita adanya pembasmian anjing liar ini, beliaupun yang menyatakan kegiatan ini untuk Sea Games. "Pembasmian anjing liar dilakukan karena anjing liar dikhawatirkan menggigit manusia di sekitar kawasan Jakabaring yang akan dihadiri ribuan tamu asing itu. Kami akan menggunakan makanan yang telah dibubuhi racun untuk membasmi anjing-anjing liar ini," kata Kadisnak Pak Asri di Kompas (25/10). Tanggal 25 Oktober 2011 mengatakan memang benar akan meracuni anjing liar untuk mengurangi rabies dan menyambut Sea Games, lalu 2 hari kemudian, tanggal 27 Oktober 2011, Pak Asri justru mengaku kaget saat ditelpon Menpora tentang rencana pembasmian anjing dan membantah adanya rencana ini. Hanya dalam 2 hari Pak Asri bisa membuat pernyataan yang bertolak belakang! Memalukan!

Selasa tengah malam, 25 Oktober 2011.

  • Mbak Artha dan kedua temannya menyusuri Kota Palembang hingga ke pasar kota. Ia menemui banyak anjing liar disana yang hanya keluar saat tengah malam saja. Ia makin kesal jika ada yang mengatakan Palembang tidak ada anjing liar, padahal ia melihat dan menangkap sendiri ada banyak anjing liar di kota itu. Hingga subuh kami BBM-an, lalu Mbak Artha bilang, "3.25 AM off now. 2.35 more minutes left time to sleep. Need to achieve a big goal today. Meeting someone who should be important in this case! Let's work it all out together and pray!"

Rabu, 26 Oktober 2011.

  • Konser "In Dog We Trust" yang diselenggarakan Jerinx SID di Bali digelar dan berhasil menggalang dana sekitar 1 juta rupiah untuk disumbangkan kepada Fauna Welfare.
  • Mbak Artha mendapat kabar bahwa dalam launching perangko Sea Games XXVI, Gubernur Sumatera Selatan menyatakan tidak akan ada rencana pembasmian anjing Palembang.  Mbak Artha langsung mengabari saya tentang berita ini.  Kita semua senang, tidak akan ada pembasmian anjing Palembang.
  • Berita pembatalan ini masuk Kompas. Bahkan ada wawancara dengan Mbak Artha di dalam berita itu. Bisa dibaca disini.

Jum'at, 28 Oktober 2011.

  • Banyak mention yang menyalahkan @faunawelfare  perihal website saveindonesiandogs.com karena terlalu lebay. Namun dalam tweetnya, Fauna Welfare menyatakan itu bukan websitenya dan mereka tidak pernah berhubungan dengan pemilik web itu. Website itu hanya mengambil foto milik Fauna Welfare tanpa konfirmasi dan tanpa menyertakan link asal photo.
  • Mbak Artha mengabari saya, ada berita menyesakan dari Sriwijaya Pos, "Pol PP Bergadang Selama Sea Games Tangkap dan Racuni Anjing Liar." Berita ini bertolak belakang dengan pernyataan Gubernur Sumsel dan Pak Asri sebagai Kadisnak, yang berjanji tidak akan ada pembantaian anjing liar di wilayah itu. Lalu mana janjimu? Kenapa berita terakhir bertolak belakang dengan janjimu?
  • Di Kompas, Mbak Artha diwawancara kembali mengenai kekecewaannya terhadap pemerintah Palembang yang dirasa ingkar janji. Berita bisa dibawa disini.

Sabtu, 29 Oktober 2011.

  • Display picture BBM Mbak Artha berubah menjadi foto anak anjing yang sekarat. Ia menemukannya di Jakabaring, Palembang, dalam keadaan penis keluar, mata keluar, gelembung di mulut, badan kejang menarik ke arah luar. Dipertanyakan apakah itu akibat racun?
  • Banyak sekali mention yang mengatakan cerita dari Fauna Welfare ini hoax.  Kalo hoax, mengapa masuk media Sumatera Ekspres, Sriwijaya Pos, hingga Kompas? Ada juga yang mengatakan, "kalian udah ke Palembang belum? Kalo belum ke Palembang jangan asal ngomong." Mbak Artha tentu geram membaca komen ini. Ia BBM saya dan bilang, "turun kesini lah dan liat kondisi. Disini (Palembang) tidak punya shelter. Kami lobby sampai minta dinas kalo memang mereka tidak punya shelter dan sudah menangkap anjing, Fauna Welfare bersedia menjemput anjing-anjing itu lalu mereka klaim sebagai anjing milik Fauna Welfare untuk dirawat di shelter mili Fauna Welfare." Kok bisa orang Palembang tidak tau keadaan Palembang?
  • Ada teman lain lagi BBM saya memberi tahu bahwa pantia Sea Games tidak pernah memerintahkan kegiatan ini. Namun pernyataan di media harus dibalas dengan pernyataan di media pula. Kalo cuma dari mulut ke mulut, tentu bisa saja dikatakan gosip. Lagi-lagi alasan sibuk, panitia Sea Games tidak sempat membuat pernyataan di media perihal pembantahan ide pembasmian anjing.
  • Mbak Artha mulai mengeluhkan banyaknya orang yang mengambil gambar Fauna Welfare namun memakainya secara tidak bertanggung-jawab yang membuat Fauna Welfare harus repot mengklarifikasi. Ia juga tidak habis pikir dengan banyaknya orang yang justru tambah merepotkan kerja tim Fauna Welfare. Ada yang meminta perincian laporan keuangan, padahal Mbak Artha sendiri masih sibuk mengurusi pembatalan pembasmian dan mengurusi penangkapan anjing untuk dibawa ke shelternya. Logikanya ia belum sempat mengurusi hal seperti laporan keuangan. Di telpon Mbak Artha bilang kepada saya bahwa Fauna Welfare selalu membuat laporan keuangan di akhir bulan. Tidak bisa ia selalu melaporkannya setiap saat. Jadi mohon pengertiannya.

Senin, 31 Oktober 2011.

  • Laporan keuangan Fauna Welfare sementara sudah dipublikasikan di Facebook group mereka. Dan karena Fauna Welfare membantu menggalang dana untuk stray Palembang, sudah tersedia rumah sewa dan beberapa fasilitas pendukung. Maka mulai 1 november 2011 dana untuk kelangsungan hidup stray Palembang oleh PSS akan diteruskan melalui rekening bank teman-teman PSS.

Selasa, 1 November 2011.

  • Melalui email, Mbak Artha mengabari saya, sementara ini Fauna Welfate tetap melakukan kegiatan untuk membantu stray Palembang, melakukan program vaksin dan steril massal serta penggalangan dana untuk program-program tersebut.

Terima kasih banyak Fauna Welfare. Kami terus mendukung aksimu untuk para binatang. Sebisa mungkin saya terus update kasus ini. Terima kasih juga kepada seluruh teman-teman yang turut mengikuti dan menyebarkan informasi ini, mendukung aksi kami, serta turut menyumbangkan dana bahkan menjadi relawan untuk membantu aksi Fauna Welfare. Bersama-sama kita sudah menciptakan perubahan.

Pernyataan Asrillazi Rasyid yang Berubah-Ubah

Beberapa hari lalu ada berita di Sumatera Ekspres, Sriwijaya Pos, dan Kompas bahwa pemerintah Palembang membasmi anjing liar dengan racun untuk mengurangi rabies dan menyambut Sea Games XXVI.

Kompas 25 Oktober 2011, Kepala Dinas Perternakan dan Perikanan Sumatera Selatan, Asrillazi Rasyid, membenarkan berita pembasmian anjing liar di Palembang ini. Pak Asri sendiri yang menyatakan kegiatan ini untuk Sea Games. "Pembasmian anjing liar dilakukan karena anjing liar dikhawatirkan menggigit manusia di sekitar kawasan Jakabaring yang akan dihadiri ribuan tamu asing itu. Kami akan menggunakan makanan yang telah dibubuhi racun untuk membasmi anjing-anjing liar ini," kata Kadisnak Pak Asri.

Namun tanggal 27 Oktober 2011, saat ditemui tim Fauna Welfare, Kadisnak Pak Asri yang mengaku kaget saat ditelpon Menpora tentang adanya berita pembasmian anjing. Ia mengatakan kejadian ini karena kurangnya koordinasi antar dinas. Ia pun juga membantah melakukan eliminasi anjing, seperti yang dikutip Kompas (27/10) "Jaminan Tak Eliminasi Anjing Disambut Gembira."

Tanggal 25 Oktober 2011 Pak Asri mengatakan memang benar akan meracuni anjing liar untuk mengurangi rabies dan menyambut Sea Games, lalu 2 hari kemudian, tanggal 27 Oktober 2011, Pak Asri justru mengaku kaget saat ditelpon Menpora tentang rencana pembasmian anjing dan membantah adanya rencana ini. Hanya 2 hari Pak Asri bisa membuat pengakuan bertolak belakang di media yang sama, Kompas! Memalukan.

Selamat Pagi, Munir

Jogja, 24 Oktober 2011, pagi ini cukup cerah. Jogja tidak kunjung hujan. Apa yang sedang kau lakukan disana?

Disini aku bersedih membaca kasus-kasusmu. Kasus penculikan aktivis, dan bagaimana kau berjuang mengembalikan mereka dalam keadaan selamat. Kasus para mahasiswa yang hilang, dan bagaimana kau menyemangati para keluarga untuk terus mencari. Kasus buruh yang sudah mati dianiaya, dan bagaimana kau memperjuangkan haknya walau mereka telah tiada.

Lalu kini kau pun begitu, dibunuh saat akan menuntut ilmu. Namun tidak ada yang mampu sepertimu, memperjuangkanmu. Aku sangat berduka. Apa yang bisa aku lakukan untukmu?

Kaos #MengenangMunir Sudah Sampai Bali!

Pada 8 Desember 2010 lalu, tepat di ulang tahun Almarhum Munir yang ke-45, saya mengadakan acara #MengenangMunir. Tema utama acara yang saya selenggarakan dibantu oleh beberapa teman ini adalah melelang 45 kaos limited edition bergambar lukisan wajah Munir ini:
Dalam semalam, 45 kaos ini habis terjual dengan dana yang terkumpul hampir 30 juta rupiah. Dari hasil lelang ini, dana saya pakai untuk memproduksi kaos bergambar Munir sebanyak-banyaknya, lalu saya bagikan ke para pekerja yang bekerja di tengah masyarakat agar pesan "Menolak Lupa" bisa dibaca oleh rakyat. Postingan mengenai rencana acara ini bisa dibaca disini dan postingan setelah acara bisa dibaca disini.
Kemudian, 20 Maret 2011 lalu, saya bersama Savior Band dan teman-teman, membagikan kaos gratis ini ke para tukang becak, pemulung, pedagang, dan tukang sapu yang berada di Jogja. Postingan pembagian kaos gratis di Jogja ini bisa dibaca disini.
Seperti yang telah saya janjikan, selain Jogja, kota lain yang menjadi tujuan pembagian kaos gratis Munir ini adalah Denpasar Bali, Jakarta, dan Malang. Permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada para pemberi dana, saya tidak bisa bergerak cepat membagikan kaos karena berbagai kesibukan terutama kuliah. Namun saya terus berusaha konsisten untuk terus membagikan kaos gratis ini seperti yang sudah saya janjikan.
Beruntung sekali saya, atas bantuan Mas Erix Soekamti, saya dikenalkan kepada Mas Robi, vokalis dari band senior di Bali, Navicula. Dengan penuh semangat, Mas Robi bersedia membantu membagikan kaos gratis Munir untuk para pekerja keras yang bekerja di tengah masyarakat Bali. Bahkan Mas Robi dan teman-teman akan mendokumentasikan pembagian kaos ini dengan foto maupun video dan akan dipublikasikan di media Akarumput. Wah saya senang sekali mendengarnya! Apalagi Navicula juga akan merilis sebuah lagu khusus untuk pahlawan kita, Munir. :)
Anyway, ada sedikit cerita dibalik pengiriman kaos Munir dari Jogja ke Bali. Jujur saja, saya tidak tahu berapa banyak kaos yang saya kirimkan ke Bali, khususnya ke Mas Robi. Kaos sudah berada di dalam karung yang sudah dipack sedemikian rupa. Sayang jika saya buka lagi. Sehingga saya hanya tau kaos yang saya kirim seberat 28kg. Saya berusaha mencari jasa pengiriman yang termurah. Saya tentu mencoret JNE dalam list karena walau jasanya terpercaya, namun untuk mengirim barang seberat hampir 30kg, pasti akan sangat memakan biaya. Apalagi biaya bukan dari dana saya sendiri, melainkan sumbangan dari lelang, sehingga saya harus menjaganya. Saya coba ke jasa yang tidak terkenal, katanya biaya jasa 300 ribu dan sampai Bali 2 minggu lebih. Astaga. Jasa ada yang 200 ribu namun tetap sampai Bali 2 minggu. Saya pergi ke Pos Indonesia, katanya bisa hanya 130 ribu namun sampai Bali 2 minggu pula! Hampir saja saya memilih jasa Pos Indonesia, namun pacar saya mengajak saya ke Jasa Pengiriman Elteha. Kami pun kesana menanyakan biaya jasa dan lama pengiriman, lalu jawabannya, "biaya 100 ribu , sampai sana maksimal 3 hari, Mbak." WHAT THE?! Wah girang sekali saya! Sudah murah, cepat pula. Saya tau Jasa Elteha sejak saya kecil. Ini langganan nenek saya. Sehingga saya percaya dan saya pilih mengirimkan kaos Munir ke Bali dengan jasa Elteha.
Sungguh tak disangka, tepat besoknya, di siang bolong, tiba-tiba saya mendapat mention dari @karumput:


So dengan ini saya ingin berbagi info bahwa jasa Elteha hebat juga. :) Buat Mas Robi dan teman-teman Navicula, kita tunggu kabar baiknya! :)

Cover Buku OC Kaligis Mencuri Desain Andrew Anti-Tank?

Tanggal 28 September 2011 kemarin, saya mendapatkan berita: cover buku OC Kaligis yang berjudul "Korupsi Bibit-Chandra" tanpa ijin memakai desain milik teman saya, Andrew dari Anti-Tank Project. Berita lebih lengkap disini.
Tentu Andrew langsung membuat pengumuman di postingannya ini. Dalam postingannya itu, ia berkata, "saya yakin 100% bahwa gambar yang digunakan untuk cover/sampul buku tersebut adalah gambar yang sama, dengan karya gambar milik saya, walaupun ada beberapa modifikasi/perubahan minor pada warna, teks dan unsur visual lainnya."
Ia juga menambahkan, "saya sama sekali tidak pernah membuat cover/sampul buku OC Kaligis yang berjudul ‘Korupsi Bibit-Chandra’, dan saya tidak pernah melakukan hubungan apapun hingga hari ini, baik dengan penerbit ataupun sang penulis buku yang bersangkutan tentang cover/sampul buku tersebut. Maka apapun isi dari buku tersebut tidak ada hubungannya/sangkut pautnya dengan saya pribadi ataupun dengan Anti-Tank."
Saya pribadi membaca pengumuman ini tidak melihat adanya indikasi Andrew akan menuntut OC Kaligis atau penerbit buku tersebut. Namun saya sangat yakin, Andrew menulis pengumuman ini untuk mempertegas bahwa desain itu miliknya dan dia tidak mendukung isi dari buku tersebut. Tentu saja. Karena Andrew membuat desain tersebut untuk kampanye pembebasan Bibit-Chandra tahun 2009. Lalu dengan desain yang 99% sama, OC Kaligis memakainya untuk buku berjudul "Korupsi Bibit-Chandra" Benar-benar dua hal yang berbeda dengan desain yang sama.
Adapun beberapa pihak yang menyalahkan Andrew karena Andrew telah mengijinkan siapapun untuk mendownload desain tersebut secara gratis. Akan tetapi, Andrew hanya membolehkan desain itu untuk kampanye yang sama, bukan untuk yang bertentangan dengan kampanyenya, apalagi untuk kepentingan komersil. Toh jika memang Andrew membolehkan desain ini untuk dipakai siapapun, dengan kepentingan apapun, tetap saja seharusnya penerbit buku OC Kaligis tersebut meminta ijin jika ingin mengubah warna desain, mengubah makna desain, hingga menghilangkan logo Anti-Tank.
Menanggapi hal ini, OC Kaligis menyuruh Andrew melaporkannya pada polisi. Ia mengaku hanya disodori desain oleh penerbit lalu ia memilih desain itu. Mungkin saja dalam masalah ini, yang bertanggung jawab adalah pihak penerbit, yaitu Indonesia Against Injustice. Namun yang saya sayangkan, OC Kaligis berkata pada wartawan Detik, "Kenapa baru sekarang? Enggak penting." Seorang pengacara sekelas beliau mengatakan masalah seperti ini tidak penting? Wawancara bisa dibaca disini.
Buku memang sudah terbit sejak Maret 2010, sehingga masalah ini seperti datang terlambat. Namun jika kita membaca pengakuan Andrew, maka dapat dimaklumi, Andrew baru mempermasalahkannya sekarang karena dia juga baru menyadarinya. Seperti yang Andrew tulis di postingannya. Lagipula, buku diterbitkan tanggal 29 maret 2010, lalu Andrew membuat pengumuman tanggal 1 April 2010. Tidak berselang lama setelah buku diterbitkan. Hanya saja mungkin masalah ini terdengar publik baru sekarang.
Saya kenal Andrew saat saya membuat kampanye Mengenang Munir tahun lalu. Saya ijin memakai desain Munir-nya dan dengan senang hati ia mengijinkannya. Dia dengan Anti-Tank Project-nya sering membuat kampanye yang positif dengan karya-karyanya yang menakjubkan. Beberapa desainnya ia cetak untuk ditempelkan di beberapa sudut Jogja. Dengan masalah ini, saya dengan senang hati membantu menyebarkan dan mendukungnya agar ia terus berani memperjuangkan haknya. Maju terus Andrew, jangan takut. We are with you.

Orangutan: "Will you speak up for me?"


More than ten orangutans were slaughtered in a forest near palm tree plantation in Kutai, East Borneo, Indonesia. The Tribun Kaltim newspaper reported that local plantation company offered 60 - 230 USD for each orangutan caught by local resident. After the orangutans were given to the company, they were killed by beheading, then mutilated to remove the evidence. While this event took place in 2009-2010, we feared that the slaughtering continues and more orangutans were killed. The news written in Indonesian click here.
"Will you speak up for me?" that probably what the cute Orangutan trying to say to us. So will you help them? If yes, let's spread this news and make the government immediately respond this issue and help our innocent Orangutans.
Send your support to the the Governor of Kalimantan Timur, to take charge in this issue. Email it to: humas@kaltimprov.go.id
This is an example of the support letter in Indonesian:

Kepada Yth. Gubernur Kalimantan Timur, di Tempat.
Berita pembantaian 10 orangutan di Kaltim sangat menyesakkan kemanusiaan. Sebagai warga negara Republik Indonesia, saya meminta pemerintah Kaltim untuk menyelidiki kasus ini, dan memastikan proses hukum memberi hukuman yang menjerakan bagi semua pelakunya, termasuk pihak-pihak yang di balik layar.
Bersama surat ini, saya memberikan dukungan moral bagi segenap pejabat Kaltim agar dapat bertindak cepat, tegas, dan tanpa ragu-ragu. Terima kasih.
Hormat saya,

Dian Paramita


Please, help our Orangutans. Only us who could do it.